Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengatakan, yang luar biasa dari Supriadi adalah meraih prestasi di tengah keterbatasan kondisi ekonomi keluarganya. Supriadi terus bergerak demi membanggakan nama Surabaya dan Indonesia.
“Mohon maaf, sebenarnya anak Surabaya yang meraih prestasi Nasional dan Internasional. Tapi yang luar biasa dari Surpriadi, dia berangkat dari keterbatasan, dia pantang menyerah. Itu yang membedakan dari anak-anak lain,” ujar Risma usai upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 di Balai Kota, Jumat (17/8/2018).
Pertemuan Risma dengan Supriadi sebenarnya bukan sekali ini. Tapi, sebelumnya Risma pernah bertemu Supriadi saat dia duduk di kelas IV SD. Saat itu, Supriadi sebagai kapten tim Rungkut FC menerima penghargaan Piala Dispora, yang memberikan penghargaan kebetulan Tri Rismaharini sendiri.
“Tanya Supriadi, aku ngasih penghargaan ke dia saat dia kelas 4 SD. Aku masih ingat, dia kapten tim di Rungkut FC waktu itu, aku yang ngasih penghargaan juara piala Dispora,” kata Risma.
Risma mengatakan, Supriadi merupakan sosok anak yang patut dicontoh oleh anak-anak lain di Surabaya. Supriadi mampu menembus batas-batas kesulitan untuk meraih prestasi.
“Saya akan minta ke Supriadi fokus di dunia bola ini. Tidak semua orang bisa menjadi profesor dan dokter, mungkin Supriadi bisa mengharumkan negara lewat sepakbola,” katanya.
Risma juga berpesan kepada Supriadi agar tidak sombong. Sebab, apabila sombong maka tidak akan mau lagi untuk bekerja keras.
“Supriadi tidak boleh sombong, kamu harus terus bisa berprestasi. Sebelum kamu bisa menjadi seperti Messi dan Ronaldo, maka jangan dulu menganggap berhasil, meskipun sudah membawa apapun, anggap kamu itu belum berhasil. Saya ingin dia bisa membawa nama baik orang tuanya, bisa membawa Kota Surabaya dan Indonesia di tengah-tengah percaturan dunia. Saya yakin dia bisa,” katanya.
Sebagai langkah awal, Risma ingin mengirim Supriadi untuk belajar ke Liverpool bersama sembilan anak Surabaya lainnya. Bahkan, kalau perlu Wali Kota Risma juga siap mencarikan beasiswa sepakbola apabila dia memang membutuhkan.
“Tapi dia harus tetap membawa panji-panji Indonesia, jika dibutuhkan Indonesia, dia harus pulang. Saya ingin dia jadi pemain profesional,” kata Risma. (bid/iss)