Sabtu, 23 November 2024
UCLG Aspac ke-7

Risma Pamerkan Keberhasilan Surabaya Mengelola Lingkungan

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Tri Rismaharini Walikota Surabaya saat pemaparan di UCLG Aspac ke-7 di Dyandra Convention Center Jl Basuki Rahmat Surabaya, Rabu (12/9/2018). Foto: Abidin suarasurabaya.net

Tri Rismaharini Walikota Surabaya memaparkan beberapa point perubahan fundamental kemajuan kota Surabaya di depan akademisi dan Pemerintah Daerah di Asia Pasifik dalam Training Event Perubahan Iklim di Forum United Cities and Local Governments Asia-Pacific (UCLG Aspac) ke-7 di Dyandra Convention Center Jl Basuki Rahmat Surabaya, Rabu (12/9/2018).

Beberapa poin yang disampaikan Risma di antaranya bagaimana upaya Pemerintah Kota Surabaya menurunkan suhu udara di Surabaya. Lalu, bagaimana mengatasi masalah banjir di Surabaya.

Menurutnya, Surabaya sebagai kota pantai dan hanya 5 meter terletak di atas permukaan air laut sehingga saat dia menjadi Walikota tahun 2010, hampir 50 persen wilayah Surabaya Banjir, sangat panas, dan kotor.

“Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia dan 50 persen lebih wilayahnya itu adalah perkampungan. Karena itu potensi yang terbesar yang paling mudah digerakkan adalah bagaimana kami menggerakkan masyarakat. Jadi saat saya menjadi Walikota, setiap hari saya turun ke masyarakat mengajak waega terlibat, bagaimana warga di Surabaya bisa mengelola sampah secara mandiri sehingga tidak dibuang langsung TPA,” ujar Risma dalam paparannya.

Risma juga memaparkan, di setiap perkampungan dibuatkan alat untuk mengelola air limbah, setelah diolah mereka gunakan pengolahan air limbah itu yang sudah jernih mereka gunakan untuk menyiram tanaman mencuci sepeda motor. Sehingga penghematannya untuk penggunaan air 15 sampai 20 persen. Langkah ini yang kemudian menjadikan kampung-kampung di Surabaya menjadi bersih dan ramah lingkungan.

“Kesan kumuh di kampung-kampung berlahan hilang dan penyakit juga menurun,” katanya.

Risma juga memaparkan bagaimana Kota Surabaya dalam merawat 420 lokasi taman yang dikelola secara organik. Ada 28 unit rumah kompos untuk menyuplai pupuk di taman-taman kota. Selain itu, pengelolaan sampah itu juga sudah diolah menjadi listrik dan digunakan untuk kebutuhan di kawaaan taman dan perkampungan sekitar.

Risma mengatakan, Pemerintah Kota Surabaya juga memiliki program climate action, di antaranya penggunaan solar cell untuk penerangan jalan, traffic light, dan di kantor-kantor pemerintahan. Program ini cukup membantu penghematan keuangan di bidang energi. Setelah menggunakan solar cell, tagihan listrik di setiap Traffic Light yang sebelumnya Rp2.000.000 perbulan sekarang hanya Rp95.000.

“Penghematan ini cukup signifikan. Kami terus mengupayakannya,” katanya.

Sementara itu, Pablo Gandara Manager Interational Urban Cooperation (IUC) Asia mengatalan, ada banyak target yang ingin diwujudkan bersama negara-negara dunia untuk menghadapi perubahan iklim.

“Target kita di 2030 konsumsi energi di Asia bisa turun hingga 27 persen. Saat ini sudah ada 28 negara yang berkomitmen bersama kami menjalankan program menghadapi perubahan iklim dunia,” katanya. (bid/ipg)

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs