Jumat, 22 November 2024

Ribuan Warga Palu Turun dari Bukit Kembali ke Rumah

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Grafis suarasurabaya.net

Ribuan warga yang mengungsi ke tempat ketinggian pascagempa 7,4 SR di timur laut Donggala dan tsunami yang terjadi di pesisir Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9/2018), mulai berbongong-bondong kembali ke rumah masing-masing.

Rolex Malaha, warga kota yang juga wartawan Antara di Palu menceritakan warga yang semalam mengungsi di lereng perbukitan sebelah timur Kota Palu mulai subuh dini hari berangsur-angsur kembali ke rumah setelah memastikan kondisi pascagempa tersebut mulai pulih.

“Saya bersama istri, anak dan cucu saat terjadi gempa yang kedua kalinya langsung segera mengungsi ke tempat ketinggian di Kelurahan Karatuna, bagian timur Kota Palu. Saat itu banyak warga dalam kondisi kepanikan berusaha lari ke tempat ketinggian dan semalam tidur di halaman rumah warga serta jalan-jalan di lereng-lereng bukit,” ujarnya.

Rolex manceritakan saat terjadi gempa pertama dengan guncangan yang tidak terlalu kuat, dirinya sempat meliput suasana Kota Palu dan menyiarkan berita dari Kantor LKBN Antara Kota Palu.

Namun saat terjadi gempa kedua kalinya dengan guncangan yang sangat keras, ia bersama dua pewarta lain dari LKBN Antara Palu yang masih bekerja di kantor langsung berusaha menyelamatkan diri.

“Saat terjadi gempa yang kedua kali, saya berusaha berlindung di bawah meja, begitu karyawan lain berusaha keluar gedung kantor untuk menghindar dari reruntuhan bangunan, tapi bangunan kantor kami hanya retak-retak, kecuali pagar kantor yang rebah,” ujarnya.

Di saat suasana gempa yang kedua itu, kata Rolex, dirinya terus berusaha keluar dari kantor dengan suasana panik masih sempat memotret keadaan di jalan raya dan dengan telepon genggam dengan menggunakan jaringan Telkomsel sempat mengirimkan gambar foto tersebut ke grup WhatsApp (WA), setelah semua jaringan telepon terputus.

“Saat jaringan Telkom putus, kami terpaksa kehilangan kontak dengan orang-orang, dan saya berusaha menemui keluarga yang kebetulan rumah kami berada sekitar 700 meter dari kantor, untuk segera mengungsi di tempat tinggi karena saat itu ada kabar bahwa akan terjadi tsunami. Sampai pagi hari ini, kami baru tahu bahwa tsunami terjadi di pantai Kota Palu,” ujarnya.

Ia juga menceritakaan saat berusaha menyelematkan diri dan keluarganya untuk mengungsi di tempat ketinggian, ia sempat melihat beberapa bangunan roboh, seperti swalayan Alfamidi di Jalan Garuda, pesantren, dan mal.

“Begitu juga jalan raya rusak karena retak-retak dan terbelah akibat gempa,” ujarnya.

Ia juga mengatakan saat terjadi pengungsian di perbukitan, sebagian tidur di jalanan dan halaman rumah penduduk. Mereka juga tidak makan karena tidak ada persediaan makanan, kalau pun ada warung yang menjual bahan makanan, telah ludes terjual.

Lanjutnya, ia juga mengatakan, ada bantuan Basarnas dengan membangun tenda-tenda pengungsian, tetapi tidak cukup menampung ribuan warga.

Ia berharap pihak-pihak terkait agar segera memberikan bantuan kepada korban gempa tersebut, terutama bantuan makanan dan obat-obatan karena kondisi warga umumnya masih panik dan trauma. (ant/nin)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
35o
Kurs