Jumat, 31 Januari 2025

Peringati Hari Santri, Sarung menjadi Simbol Perlawanan pada Penjajah

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Ribuan santri bersarung ikut ambil bagian dalam gerak jalan memperingati Hari Santri 2018. Foto: Jose suarasurabaya.net

Ribuan santri bersarung ikut ambil bagian dalam gerak jalan memperingati Hari Santri 2018.

Peserta diberangkatkan oleh Muhaimin Iskandar Panglima Santri di silang Monas Jakarta, Minggu (30/9/2018).

Jarak tempuh peserta sekitar 6 km dari silang Monas sebagai titik pemberangkatan terus bergerak menuju bundaran tugu selamat datang di bundaran Hotel Indonesia kemudian menuju garis finish di Monas.

Selain Muhaimin, beberapa menteri anggota Kabinet Kerja Jokowi-JK ikut dalam barisan. Menteri juga mengenakan sarung seperti peserta yang lain. Mereka adalah M Nasir Meteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti), Hanif Dakiri Menteri Tenaga Kerja serta Eko Putro Sandjojo Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal.

Muhaimin Iskandar selaku Panglima Santri mengatakan, gerak jalan bertemakan “Satukan Santri Untuk Negeri” bertujuan untuk mempersatukan kekuatan bangsa untuk NKRI.

Santri, kata Cak Imin, mempunyai peran yang cukup besar dalam sejarah kemerdekaan. Sarung yang dikenakan para santri, tidak menjadi halangan untuk menggempur pertahanan Penjajah Belanda khususnya di daerah Jawa Timur.

Meskipun dengan senjata yang sederhana seperti golok, bambu runcing dan beberapa pucuk senjata dan gema takbir bisa membuat penjajah kocar-kacir dan tekuk lutut.

Perlawanan para santri tersebut tidak bisa dipisahkan dengan nama ulama besar KH Hasym Asy`ari pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ulama sekaligus pendiri NU mampu menggelorakan semangat juang para santri.

F Fawaid selaku ketua pelaksana gerak jalan satukan santri untuk negeri menjelaskan sarung para santri sebagai simbol perlawanan sekaligus untuk membedakan pejuang dan penjajah.

Para santri yang selalu memakai sarung diartikan simbol anti penjajah. Sedangkan yang bercelana, waktu identik dengan penjajah. “Sehingga kala itu ada fatwa yang mengharamkan orang pribumi memakai dasi,” kata Fawaid.

Dalam gerak jalan bersarung ini panitia menyediakan 5 paket umroh gratis sumbangan menteri PKB. (jos/dwi)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Jumat, 31 Januari 2025
29o
Kurs