Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya bersama Forpimda menggelar arak-arakan penghargaan Lee Kuan Yew World City Prize keliling Kota Surabaya, Selasa (10/7/2018). Arak-arakan 15 mobil jeep ini dilakukan mulai dari Korem 084/Bhaskara Jaya hingga Balai Kota Surabaya.
Empat penghargaan itu adalah Lee Kuan Yew World City Prize kategori Special Mention, ASEAN Tourism Forum (ATF) di Thailand dan Global Green City PBB 2017, serta Learning City UNESCO.
Arak-arakan itu diikuti Wisnu Sakti Buana Wakil Wali Kota Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan Kapolrestabes Surabaya, AKBP Antonius Agus Rahmanto Kapolrestabes Tanjung Perak, Kolonel (inf) Kolonel Kav M Zulkifli Danrem Bhaskara Jaya/084, Armuji Ketua DPRD Kota Surabaya dan beberapa pejabat lainnya.
Arak-arakan dimulai dari Korem 084/Bhaskara Jaya-Jalan Ahmad Yani (frontage Barat)-Jalan Wonokromo-Jalan Raya Darmo-Urip Sumoharjo-Jalan Basuki Rahmat-Jalan Gubernur Suryo-Jalan Yos Sudarso-Jalan Walikota Mustajab-Balai Kota (sisi pintu selatan).
Tiba di Balai Kota Surabaya, rombongan sudah disambut oleh pasukan kebersihan, para guru dan siswa Kota Surabaya. Musik tradisional pun bergema menyambut kedatangan rombongan ini. Di samping itu, mereka juga disuguhi makanan-makanan khas Kota Surabaya.
Dalam sambutannya, Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya menyampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah bekerja keras bersama-sama membangun Kota Surabaya, hingga akhirnya Kota Surabaya bisa mendapatkan penghargaan Lee Kuan Yew World City Prize 2018 ini. Ia mengaku, perjalanan mendapatkan penghargaan ini tidaklah mudah, karena ketika mengikuti untuk yang ketiga kalinya ini, dia sudah sempat pesimis.
“Jadi, waktu akan mengikuti ini untuk yang ketiga kalinya, ah mungkin tidak dapat lagi, karena sudah dua kali mengikuti penghargaan ini belum berhasil. Alhamdulillah mengikuti yang ketiga ini kita bisa berhasil mendapatkan special mention. Kami arak beberapa penghargaan, supaya masyarakat juga tahu bahwa kita ini banyak mendapatkan penghargaan tingkat internasional,” kata Risma seperti dalam rilis yang diterima suarasurabaya.net.
Meskipun sudah mendapatkan penghargaan ini, namun perjuangan Kota Surabaya masih belum selesai. Bahkan, Wali Kota perempuan petama di Kota Surabaya ini juga berharap seperti Kota Medellin yang beberapa tahun lalu meraih special mention, dan terus berkembang hingga akhirnya bisa menjadi juara umum. “Jadi, perjuangan kita belum selesai,” kata dia.
Menurut Risma, pembangunan Kota Surabaya ini tujuan utamanya bukan untuk penghargaan, melainkan kesejahteraan bagi warganya. Namun begitu, kesejahteraan kota itu perlu ada parameternya dan harus terukur dan bisa diukur, sehingga dengan penghargaan ini capaian utama itu bisa terlihat. “Saya juga baru tahu kalau tim juri dari penghargaan Lee Kuan Yew ini ada 26 orang, dan yang datang ke Surabaya hanya 7 orang. Jadi, kalau Surabaya lolos, itu memang karena Surabaya ini dinilai lebih dibanding kota-kota lainnya,” ujarnya.
Selain itu, Kota Surabaya ini sudah sejajar dengan kota-kota besar lainnya. Buktinya, yang mendapatkan Lee Kuan Yew World City Prize kategori Special Mention adalah Hamburg (Jerman), Kazan (Rusia) dan Tokyo (Jepang).
“Terus terang, saya tidak tahu bahwa pesaing penghargaan ini adalah kota-kota nomor satu tingkat dunia. Bahkan, semua yang mendapatkan penghargaan itu adalah ibu kota negara, kecuali Surabaya. Jadi, marilah kita berbangga, meskipun kita bukan ibu kota negara, tapi kita mampu bersaing dengan Tokyo ibu kota Jepang, Hamburg kota tertua di Eropa, dan Kazan kota kaya yang saat ini menjadi tuan rumah piala dunia sepakbola,” katanya.
Oleh karena itu, Risma mengajak kepada semua pihak untuk bersama-sama membangun Kota Surabaya. Sebab, perjuangan ini belum selesai, terutama bagi anak-anak Kota Surabaya yang sudah direncanakan akan menempuh pendidikan di Singapura. “Kalian akan bisa belajar di sana nanti, jadi harus selalu belajar dengan giat supaya sukses dan bisa menempuh pendidikan di sana.Mari bekerja keras demi masa depan yang lebih baik,” katanya. (dwi)