Jumat, 22 November 2024

Penderita Gizi Buruk di Kedung Baruk Dirawat Tim Dokter Spesialis

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi

Ady Slamet Nugroho (10 tahun) warga Kedung Baruk, Rungkut, Surabaya, yang diduga mengalami gizi buruk mendapat penanganan dari tim dokter spesialis di RSUD Dr. M. Soewandhie.

Pemkot Surabaya mengerahkan sejumlah dokter spesialis untuk melakukan observasi terhadap Ady dan merawatnya secara intensif di rumah sakit milik Pemkot itu.

Beberapa dokter spesialis yang menangani Ady antara lain dokter spesialis anak, spesialis rehab medik, spesialis kulit, spesialis patologi anatomi, spesialis radiologi, dan spesialis orthopedi anak.

Febria Rachmanita Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengatakan, kondisi Ady akan dipantau secara intensif oleh tim dokter selama seminggu ke depan.

Menurutnya, dokter yang menangani sudah melakukan tes laboratorium secara lengkap serta pemeriksaan metabolisme nutrisi. Hasilnya normal, nafsu makan Ady pun dia klaim wajar.

“Saat kami beri makan selalu habis. Tapi kami masih mendalami apa ada faktor penyakit lain yang menyebabkan berat badan Adi menurun drastis,” ujarnya dalam keterangan pers, Rabu (1/8/2018).

Febria menjamin, Pemkot Surabaya melalui Dinas Kesehatan Kota Surabaya akan melakukan penanganan intensif terhadap Ady, bahkan pascaperawatan di rumah sakit.

Sepulangnya dari RS Dr. M Soewandhie, Ady akan tetap mendapatkan formula gizi dari para ahli gizi dinas kesehatan Kota Surabaya.

Sementara itu, Muhammad Fikser Kabag Humas Pemkot Surabaya menampik pernyataan beberapa pihak bahwa kasus dugaan gizi buruk ini mencoreng Surabaya sebagai kota layak anak.

Dia mengklaim, penurunan berat badan Ady secara drastis terjadi dua tahun belakangan. Kata Fikser, Ady sebenarnya sudah pernah mendapat penanganan dari puskesmas setempat dan dirujuk ke rumah sakit.

Tapi keluarga punya pilihan lain. Selama dua tahun itu, Ady dibawa ke Bangil, Blitar, dan Nganjuk untuk mendapatkan pengobatan alternatif. Lalu kondisi Ady kian memburuk.

“Pihak kelurahan pun berinisiatif membujuk keluarga Ady agar bersedia dirawat di rumah sakit. Kami juga mendaftarkan kakek dan nenek Adi sebagai penerima bantuan iuran (PBI) BPJS yang didanai APBD Pemkot Surabaya. Kami juga menawarkan keluarga Ady agar tinggal di rumah susun,” katanya.

Untuk merangsang perkembangan otaknya, Fikser mengatakan, pihak rumah sakit akan memberikan mainan edukatif. Pemkot juga menyediakan guru khusus untuk memotivasi Ady agar mau bersekolah lagi.(den/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs