Din Syamsudin utusan khusus presiden bidang komunikasi antar umat beragama menegaskan penanganan aksi teror yang terjadi di Surabaya dan di tempat lain, jangan dijadikan media untuk mengadu domba antar umat beragama.
Adu domba antar umat beragama dengan memanfaatkan aksi teror tersebut, kalau diterus-teruskan bahaya yang akan ditimbulkan jauh lebih dahsyat dari teror itu sendiri.
Di tengah keprihatinan menghadapi aksi teror yang menelan korban cukup banyak, Din mengimbau media sosial untuk menjadi penyejuk, pendamai, jangan malah menjadi mesin provokasi yang dapat merusak kehidupan berbangsa dan bernegara.
Semua umat agama di dunia termasuk umat Islam juga pernah mengalami teror dan kekerasan.
Din mengambil contoh ketika beberapa ulama tokoh agama Islam di daerah yang menjadi korban kekerasan. Karena korbannya orang Islam, pelaku tidak disebut teroris. “Pengusutannya pun tidak jelas karena semua pelakunya oleh polisi divonis penderita gangguan jiwa,” kata Din.
Din Syamsudin yang merangkap sebagai ketua dewan pertimbangan MUI menyadari tidak satu agamapun di dunia ini yang mengajarkan kekerasan termasuk agama Islam dan Kristen.
Sebab itu, dalam kapasitasnya sebagai utusan khusus presiden bidang komunikasi antar umat beragama dan ketua pertimbangan MUI, Din Syamsudin menegaskan bangsa dan negara yang besar ini harus diselamatkan dari pemikiran-pemikiran jahat yang ingin membuat Indonesia tercinta ini hancur.
Seluruh umat beragama harus bersatu padu menjadi benteng NKRI dan menjadikan terorisme musuh bersama, siapapun pelakunya. “Yang kita perangi perbuatannya bukan agamanya,” pesan Din Syamsudin.
Mgr Ignatius Suharyo Ketua Konferensi Wali Indonesia sebelumnya juga mengkritik media sosial yang kerap menebar berita bohong dan memuat pernyataan bernada provokasi sehingga menimbulkan ketakutan di masyarakat. (jos/dwi)