Sejumlah pemuda di Jawa Timur yang bernaung di Yayasan Pawiyatan Suluh Nagari membuat aplikasi penguji informasi hoaks bernama Opinium yang diluncurkan bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Surabaya, Rabu (2/5/2018).
M Hasanudin Inisiator Opinium mengatakan, aplikasi ini untuk menguji hoaks dan bukan mesin pembuat keputusan yang “tagline” unggah, uji, dan ungkap.
“Jadi, setiap orang mengunggah informasi yang ingin diketahuinya atau yang sudah diketahuinya, kemudian informasi tersebut diujikan kepada komunitas di opinium. Dari situ, si pengguna yang akan memutuskan sendiri,” katanya seperti dilansir Antara.
Dia menjelaskan, proses pengujiannya berdasar interaksi komunitas yang tergabung di dalam opinium. Setiap orang berhak mengemukakan pendapatnya. Tetapi, bukan “one man one vote”, karena setiap pendapat di dalam opinium itu memunyai bobot yang berbeda.
“Bobot ini ditentukan reputasi si pemberi vote. Nah, bobot ini yang akan menentukan nilai persentase pada informasi yang diujikan itu,” ujarnya.
Perlu diketahui, lanjut dia, informasi yang bisa diunggah ke opinium bukan hanya url atau sumber dari internet yang memunyai alamat, tapi bisa juga dari pesan broadcast WhatsApp, Line, Telegram, foto, serta video.
Sabrang Mowo Damar Panuluh Penasehat Opinium mengungkapkan, setiap postingan di Opinium mengandung topik. Reputasi pengguna akan sebuah topik dibangun setelah mampu memberikan kontribusi.
“Karena kamu dapat reputasinya bukan dari merespons, tapi dari responsmu yang direspons orang lain. Orang lain yang merasa dapat manfaat dari respons tadi,” kata pria yang akrab disapa Noe Letto ini.
Noe mengaku, di Opinium reputasi dirinya tinggi di topik agama, setelah itu politik, dan internasional. Ketika ada yang pilih urusan agama, bobot Noe akan lebih berat dibanding orang yang tidak punya bobot di urusan agama. Hal ini, lanjut dia, untuk menghadapi akun anonim dan buzzer.
“Misalkan di sini kamu punya akun 100 dengan `vote truth` terus, bobotnya bisa tetap kecil karena kamu belum membangun reputasi,” kata dia.
Sebagai sebuah aplikasi, pihaknya tetap meminta adanya timbal balik dari pengguna opinium. “Misalkan ada masukan bagusnya begini. Kemudian ada crash di aplikasi, silakan beri masukan. Karena ini akan terus berkembang,” ucapnya. (ant/dwi)