Selasa, 26 November 2024

Pemkot Surabaya Bangun 7 Bozem untuk Cegah Banjir

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Salah satu alat berat sedang mengeruk lahan yang digunakan bozem atau tempat penampungan air hujan di Lempung Perdana, Surabaya, Jumat (23/3/2018). Foto: Antara

Pemerintah Kota Surabaya membangun tujuh bozem atau tempat penampungan air hujan berukuran rata-rata sedang dan kecil selama 2018. Pembangunan bozem ini guna mengantisipasi banjir pada saat musim hujan.

Erna Purnawati, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya di Surabaya, Jumat (23/3/2018), mengatakan tujuh bozem itu tersebar di Kebraon, Telogo Tanjung Bangkingan, Waduk Banpur Karangpilang, Simo Hilir, Lempung Perdana, Manukan Tirto, dan di Yono Suwono.

“Yang paling besar yang akan kami bangun di Telogo Tanjung Bangkingan. Tujuh bozem yang dibangun itu bisa menampung air saat hujan deras,” katanya kepada Antara.

Menurutnya, pembangunan tujuh bozem itu dilakukan secara swakelola atau tidak dilelangkan seperti biasanya. Ia menilai, apabila dilelang seperti biasanya akan memakan waktu panjang dan biayanya juga lumayan besar.

“Jadi, temen-temen kerjakan sendiri. Alat beratnya pun kita bagi,” kata dia.

Melalui cara ini, maka proses pengerjaan bozem bisa dipercepat. Bahkan, ia memperkirakan proses pengerjaannya hanya membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga bulan.

“Apalagi, temen-temen garapnya hampir setiap hari, jadi bisa cepat diselesaikan,” ujarnya.

Erna menambahkan, hingga saat ini sebanyak 37 bozem telah dibangun oleh Pemkot Surabaya dengan luasan mencapai 1,2 juta lebih meter persegi. Adapun bozem yang paling luas dan terbesar adalah Bozem Morokrembangan dengan luas 800 ribu meter persegi. Terluas kedua Bozem Kedurus 143 ribu meter persegi dan terluas ketiga Bozem Wonorejo 120 ribu meter persegi.

Erna menjelaskan lokasi-lokasi yang dipilih untuk membangun bozem itu bermacam-macam. Ada lahan yang sudah dibebaskan oleh Pemkot Surabaya, seperti lahan yang ada di bundaran PTC yang sudah dibebaskan pada tahun lalu dan ada pula di perumahan.

“Di lahan yang dibebaskan itulah kami jadikan bozem,” katanya.

Selain itu, ada juga bozem yang dibangun di atas lahan milik militer, seperti Waduk Banpur yang lokasinya berada di area marinir. Oleh karena itu, waduk tersebut diberi nama Waduk Banpur yang merupakan singkatan dari bantuan tempur.

“Tidak apa-apa meskipun di lahan marinir, asalkan mereka sudah memberikan izin pembangunannya,” kata dia.

Erna mengatakan saat ini masyarakat sudah semakin sadar akan pentingnya bozem untuk menampung air pada saat hujan deras. Makanya, semakin banyak warga mengusulkan dan meminta supaya daerahnya dibangun bozem.

Padahal, lanjut dia, dulu banyak warga yang menolak pembangunan bozem itu karena alasan pembebasan tanah.

“Kalau sekarang sudah banyak yang sadar fungsi bozem. Malah sekarang ada warga yang meminta untuk dibuatkan jembatan dan gazebo di tengah-tengah bozem itu, sehingga bisa dijadikan tempat untuk memancing,” katanya.

Ia memastikan, bahwa pembangunan bozem di berbagai titik di Kota Surabaya ini untuk mengantisipasi terjadinya global warming yang sudah mulai dirasakan di belahan dunia. Mulai dari banjir dimana-mana hingga bencana kekeringan.

Tujuan itulah yang biasanya selalu disampaikan oleh Risma, Wali Kota Surabaya, ketika meresmikan bozem di Surabaya.

“Makanya, Bu Wali juga selalu meminta supaya di kawasan bozem dibuat lebih hijau sehingga dapat terhindar dari kesan gersang dan panas,” katanya. (ant/tna/rst )

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 26 November 2024
29o
Kurs