Dr Irwansyah pakar media massa dari Universitas Indonesia mengatakan, pemberitaan media yang berbasis data di Tanah Air masih lemah.
“Fenomena pers yang membahas hal-hal ringan menunjukkan lemahnya pemberitaan berbasis data dan riset yang mendalam. Padahal dengan teknologi Big Data, pers dapat membangun pemberitaan yang tidak hanya informatif tetapi juga cerdas dalam bertindak,” ujar Irwansyah, di Jakarta, Sabtu (10/2/2018).
Dia menjelaskan kenyataan bahwa makin marak pemberitaan mengarah kepada hal-hal yang ringan, unik, dan tidak lazim dibandingkan dengan pemberitaan hal-hal yang serius untuk ditangani.
Hal ini juga memperlihatkan ada penurunan kepercayaan publik untuk mendapatkan informasi yang mampu memotivasi pembaca untuk mendukung bangkitnya kesejahteraan rakyat.
“Indikasi publik yang lelah dengan hal-hal yang tidak pernah selesai dan keluar dari lingkaran isu-isu yg dikemas secara politis juga memperlihatkan penentuan agenda yang dilakukan media tidak inovatif untuk menuju pers yang mencerdaskan,” kata dia.
Saat ini, hanya sebagian pemberitaan di media massa berusaha menyejukkan hati namun sebagian cenderung membuat pembaca menjadi emosional, serta hanya sebagian kecil yang berusaha membangun kecerdasan.
Irwansyah meminta agar tenggat waktu pemberitaan alias deadline tidak dijadikan alasan dalam menghasilkan pemberitaan berbasis data. Malah sebaiknya dijadikan tantangan untuk menggunakan teknologi yang semakin berkembang.
“Malah bisa menjadi peluang karena setelah ada teknologi Big Data, saat ini muncul mesin pembelajaran dan intelegensi buatan adaptif,” kata dia. Hal ini sudah diterapkan pada pers di luar negeri yang kaya dengan data. (den)