Papua Nugini mengumumkan keadaan darurat, membekukan pemerintah provinsi dan mengirim pasukan ke dataran tinggi berbatu untuk memulihkan ketertiban setelah perusuh terus mengamuk dan membakar, kata pemerintah setempat.
Seperti dikutip Antara dari Reuters, kekerasan sering merusak pedalaman terpencil di negara Pasifik kaya sumber daya itu. Di daerah ini, perselisihan suku dan tanah telah membebani politik daerah.
Kerumunan orang bersenjata yang marah atas kegagalan tentangan pengadilan terhadap pemilihan gubernur membakar sebuah pesawat terbang, menjarah gudang, serta membakar gedung di Mendi, ibu kota Provinsi Southern Highlands, pekan ini.
Papua Nugini mengumumkan keadaan darurat sembilan bulan di provinsi itu dan menghentikan sementara pemerintahnya. Demikian kata Peter O`Neill Perdana Menteri Papua Nugini.
“Tindakan orang-orang yang sembrono merusak properti di Mendi telah membuat jijik bangsa,” kata O`Neill di lamannya. “Polisi akan menyelidiki setiap penghasut, dan setiap orang yang terlibat dalam kerusuhan.”
Thomas Eluh, seorang mantan polisi dan yang bertindak sebagai pengelola di provinsi tersebut telah diberikan kekuatan darurat konstitusional. Polisi, termasuk regu mobil, segera dikerahkan bersama penyelidik kriminal.
O`Neill juga mengatakan, lebih dari 200 tentara Pasukan Pertahanan Papua Nugini akan diterbangkan ke Kota Mount Hagen Sabtu ini sebelum melakukan perjalanan ke Mendi, demikian kata media Loop PNG.
Laporan gerakan pasukan tidak dapat dipastikan secara mandiri. Barclay Tenza, juru bicara bencana provinsi mengatakan, Penjarah menggeledah gudang pasokan bantuan gempa selama kerusuhan Mendi.
“Mereka mengambil semua bahan makanan,” katanya melalui telepon dari Port Moresby.
Banyak warga masih menerima bantuan setelah gempa berkekuatan 7,5 Februari menewaskan 100 orang, menguji keuangan dan kemampuan salah satu negara termiskin di dunia itu.(ant/den)