Perhelatan akbar Public Relation Indonesia Awards (PRIA) 2018 menambah semarak di kegiatan festival Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan, yang berlangsung pada Kamis (29/3/2018) malam.
Acara tersebut dihadiri langsung oleh Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya dan sekitar 500 undangan dari CEO korporasi, CEO wilayah, hingga praktisi PR level staf maupun pimpinan.
Asmono Wikan founder sekaligus CEO PRIA mengatakan, kompetisi itu telah rutin dilakukan sejak tahun 2016. Acara itu sebagai bentuk apresiasi terhadap kinerja humas atau public relations (PR) yang unggul dari korporasi, kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Untuk kompetisi yang memasuki tahun ketiga ini, kata Asmono, terbuka untuk semua korporasi dan organisasi, baik pemerintah maupun non pemerintah.
“Inilah pesta olimpiade paling komprehensif yang dihadirkan untuk mengukur kinerja dan produk humas atau PR sepanjang satu tahun. Kami menggunakan penilaian berbasis penjurian, di mana dewan juri terdiri dari para pakar PR dan CSR, konsultan atau agensi PR, tokoh asosiasi atau organisasi PR, jurnalis dan fotografer senior, pakar desain dan branding, hingga pakar media sosial,” kata Asmono saat memberikan sambutan.
Selain itu, untuk melengkapi beberapa kategori yang berbasis penjurian, PR Indonesia bekerjasama dengan perusahaan media monitoring menghadirkan kategori terpopuler di Media yang berbasis jumlah eksposur pada 174 media cetak mainstream di Indonesia.
Adapun katergori yang dihadirkan dalam PRIA tahun ini, diantaranya kategori Owned Media, Kanal Digital, Program PR, Program CSR, Penanganan Krisis, Manual (pedoman) Tata Kelola Kehumasan, Departemen PR, dan Laporan Tahunan.
“Untuk proses penjurian itu, sebelumnya telah dilakukan di Kantor PR Indonesia, Jakarta,” tambahnya.
Asmono mengatakan, malam penghargaan PRIA 2018 kali ini menjadi momen yang sangat spesial. Karena berkolaborasi dengan agenda rutin Pemerintah Kota Surabaya, yaitu Mlaku-mlaku Nang Tunjungan.
Sementara itu, Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya, dalam sambutannya mengenalkan kepada sejumlah tamu dan ribuan warga yang hadir tentang asal usul festival Mlaku-mlaku Nang Tunjungan.
“Ini dulu kawasan heritage yang sepi. Kini kami bangkitkan dengan Mlaku-mlaku Nang Tunjungan,” kata Risma. (ang/tna/dwi)