Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis) adalah jenis Orangutan yang keberadaannya di dunia hampir punah. Beberapa waktu lalu, terlihat di dekat pos pantau hutan Batang Toru, Tapanuli Sumatera. Orangutan itu bersama 2 bayi.
Andayani Oerta G bersama Ulil Amri Silitonga adalah staf Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) yang berbasis di pos pamantauan hutan Batang Toru, Tapanuli Sumatera.
Saat itu, ketika sedang melakukan pencarian rutin Orangutan dan satwa liar lainnya, hanya sekitar satu kilometer di sebelah barat laut pos, mereka menemukan seekor Orangutan Tapanuli betina dengan 2 bayi.
“Kami melihat ibu Orangutan Tapanuli dengan dua bayi pada saat yang bersamaan terasa sangat menakjubkan. Si kembar tampak sangat mirip dan berukuran hampir sama, tetapi salah satunya cukup berani sementara yang lainnya tampak sangat pemalu dan selalu ingin dekat dengan ibunya. Kami pertama kali melihat mereka pada pukul 14.30 sekitar 15m di atas pohon dan berhasil melihat sampai sekitar pukul 15.40 ketika sang ibu mulai pindah dengan bayi yang menempel di setiap sisi,” cerita Andayani Oerta G sarjana kehutanan yang juga manajer pos pemantauan hutan SOCP.
Mendengar kabar tersebut, sejumlah pihak angkat bicara dan memberikan komentar beragam. Tetapi berharap bahwa satwa langka yang hampir punah di dunia itu mendapatkan perlindungan.
Matius Nowak Kepala Unit Pemantauan Keanekaragaman Hayati SOCP yang menghabiskan bertahun-tahun di ekosistem Batang Toru, rumah Orangutan Tapanuli yang masih tersisa, merasa tertarik dan takjub ketika mendengar berita tersebut.
“Saya segera memeriksa catatan untuk kelahiran kembar pada Orangutan dan kera besar lainnya dan hanya menemukan satu catatan sebelumnya dari kelahiran kembar Orangutan Kalimantan liar, tidak ada Orangutan Sumatera, apalagi Orangutan Tapanuli! Kelahiran kembar memang terjadi pada hewan penangkaran, tetapi bahkan jika ini terjadi di alam liar, kurangnya pengamatan akan menunjukkan bahwa sangat jarang bagi kedua bayi untuk bertahan hidup,” kata Matius Nowak.
Senada dengan itu Dr. Ian Singleton, Direktur SOCP menegaskan bahwa upaya penyelamatan harus cepat dilakukan agar spesies yang hampir punah ini bisa cepat diselamatkan.
“Orangutan Tapanuli adalah kera besar yang paling langka dan paling terancam di dunia dan baru dijelaskan pada bulan November tahun lalu. Namun hutan disana sedang terancam oleh proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air yang didanai Cina,” tegas Ian Singleton.
Masyarakat atau siapapun, lanjut Ian Singleton, harus berhenti menghancurkan lebih banyak habitat Orangutan dan menyambungkan kembali hutan tersebut secepat mungkin.
“Bayi kembar tersebut adalah harapan bahwa spesies ini dapat diselamatkan jika kita mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkannya,” tambah Ian Singleton.
Sementara itu Christopher Davis, International Director of Corporate Responsibility and Campaigns The Body Shop International, mengatakan bahwa kabar tersebut mendorong pihaknya bersemangat meningkatkan kesadaran dan dukungan masyarakat untuk menjaga, melindungi hutan Batang Toru di Tapanuli.
“Orangutan Tapanuli kembar yang baru ditemukan ini mendorong semangat meningkatkan kesadaran dan dukungan untuk hutan Batang Toru sehingga spesies yang baru ditemukan ini akan berkembang,” kata Christopher Davis.
Aryo Widiwardhono, Chief Executive Officer The Body Shop Indonesia, menambahkan bahwa upaya konservasi hutan Batang Toru, Tapanuli Sumatera, sudah dilakukan sejak tahun 2016 lalu.
“Upaya konservasi hutan Batang Toru melalui program bio-bridge sudah kami mulai sejak tahun 2016. Kami mengharapkan semua pihak sepakat akan pentingnya menjaga kelestarian hutan ini, karena Orangutan Tapanuli merupakan spesies yang hampir punah dan kita wajib menjaga kelangsungan hidup Orangutan dan keanekaragaman hayati yang ada di Hutan Batang Toru,” pungkas Aryo Widiwardhono, Rabu (11/7/2018).(tok/rst)