Pertahankan posisinya tahun lalu, Nawasena, tim ITS kembali raih juara kedua pada ajang Worldwide Ferry Safety Design Competition 2019 gelaran Worldwide Ferry Safety Association (WFSA).
Setelah memberi waktu pengerjaan desain kapal ferry selama lima bulan sejak Juli lalu, WFSA melakukan penilaian melalui sistem online. Sebagai hasilnya, ditetapkan tiga juara teratas desain kapal ferry dengan sistem keamanan dan inovasi yang kreatif.
Dengan mempertahankan posisi di urutan kedua, ITS melalui tim Nawasena membuktikan kemampuan putra bangsa di kancah global, terutama dalam bidang maritim yang terkenal dengan segala potensinya.
Sasmita Adi Nugraha Ketua Tim Nawasena, menjelaskan berbeda dengan kompetisi sebelumnya yang menggunakan lautan sebagai medan pengoperasian dalam penilaiannya, Worldwide Ferry Safety Design Competition 2019 kali ini melombakan desain kapal ferry yang aman untuk bisa dioperasikan di Sungai Pasig, Manila, Filipina.
Kapal ferry yang didesain pun harus dapat menampung penumpang minimal 100 orang dengan jarak tempuh sejauh 12,4 kilometer.
Adanya jembatan sepanjang Sungai Pasig dengan ketinggian delapan kaki di atas permukaan air sungai, juga membatasi peserta untuk mendesain bagian atas kapal ferry yang tidak terlalu tinggi seperti desain kapal ferry yang berada di lautan lepas.
Bersama Anson Novendra Pradana, M Faizur Rijal Azhad, Anwar Sahid dan Muhammad Faishal Ar Rifqy sebagai anggota, Tim Nawasena melalui bimbingan Ir Agoes Santoso MSc MPhil CEng dan Achmad Baidowi ST MT dari Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS ini pun menginovasikan kapal ferry yang sesuai dengan karakteristik Sungai Pasig bernama Motor Vessel (MV) Aquilla.
MV Aquilla yang merupakan hasil desain dari kelima orang mahasiswa tersebut didesain dengan model kapal katamaran. Model ini dipilih karena dinilai dapat menghasilkan stabilitas yang lebih tinggi daripada model kapal monohull.
Pemilihan model kapal yang tepat ini, menurut Sasmita, merupakan upaya Nawasena untuk mengantisipasi kemungkinan cuaca terburuk di Kota Manila.
“Sebab pada saat badai, kecepatan arus Sungai Pasig bisa mencapai tujuh knot, karakter cuaca Kota Manila ini memerlukan desain kapal yang tepat dan sesuai agar dapat dioperasikan dengan aman,” ternag mahasiswa angkatan 2015 ini.
Selain itu, lanjut Sasmita, Nawasena juga menginovasikan Eco Asimetric Flat Hull Outside pada MV Aquilla.
Desain ini berguna untuk meminimalisir gelombang air yang dihasilkan akibat pergerakan kapal. Dengan gelombang yang kecil ini, MV Aquilla tidak akan menyebabkan erosi pada bantaran Sungai Pasig.
“Sebab pada beberapa titik sepanjang Sungai Pasig masih terdapat bantaran sungai yang tidak terlindung beton, sehingga rawan mengalami erosi akibat gelombang air yang besar,” tambah Sasmita.
Dalam sistem kendali, imbuh Sasmita, MV Aquilla dilengkapi dengan teknologi operasi Unattended Machinery System (UMS) yang memungkinkan ditidakannya engine control room dalam kapal. Melalui teknologi ini, MV Aquilla lebih hemat ruang dan dapat mengurangi beban kapal.
“Semakin ringan kapal, ketinggian kapal yang tercelup air (draught) semakin kecil, sehingga tekanan yang dihasilkan kapal juga akan semakin kecil,” ujar laki-laki asal Kediri ini.
Berkaitan dengan teknologi operasi UMS ini, Nawasena melanjutkan inovasinya dengan ditambahkannya teknologi sistem otomasi yang biasa disebut Integrated Automation System.
Dengan teknologi sistem ini kendali kapal dapat terintegrasi secara otomatis melalui sistem komputer.
Maka dengan adanya teknologi ini, tenaga manual manusia tidak lagi diperlukan, sehingga dapat menciptakan sistem kendali yang lebih sempurna dan efisien.
Tak kekurangan ide, Nawasena kembali meletakkan inovasinya dalam penggunaan sumber energi kapal.
Tak hanya bersumber pada bahan bakar generator, MV Aquilla juga dilengkapi dengan Eco Smart Solar System.
Inovasi ini bertujuan untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal dengan memanfaatkan energi terbarukan. Dengan 60 unit solar panel yang terpasang, MV Aquilla dapat menghemat konsumsi utama bahan bakar generator hingga 16 persen.
Komponen keselamatan sebagai unsur utama dalam pembuatan desain kapal ini pun juga tak luput dari perhatian.
Dilengkapi dengan adanya baju pelampung (life jacket) di bawah masing-masing kursi menjadi upaya Nawasena menjamin keselamatan penumpang.
Begitu juga dengan adanya dua pintu darurat pada masing-masing sisi kiri dan kanan kapal, yang berguna sebagai alternatif saat pintu darurat utama tidak dapat diakses.
“Untuk mempercepat proses evakuasi, palu keselamatan atau safety hammer pun kami (Nawasena, red) pasang pada setiap sisi kapal,” kata Sasmita.
Dengan inovasi tersebut, Tim Nawasena berhasil menduduki posisi kedua setelah Singapore Institute of Technology yang berkolaborasi dengan Newcastle University, dan unggul atas Shanghai Maritime University yang berkolaborasi dengan Universidad Veracruzana sebagai peraih posisi ketiga.
Ketiga tim juara tersebut, seperti dilansir dalam siaran pers Kamis (27/12/2018) akan bertemu di Bangkok pada 20-22 Februari 2019 mendatang untuk menerima langsung penghargaan sebagai juara, sekaligus mengikuti konferensi Worldwide Ferry Safety Design Competition 2019 untuk mempresentasikan hasil desainnya. (tok/ipg)