Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mencatat terdapat 199 desa yang terdampak kekeringan kritis, yaitu berpotensi tidak mengeluarkan air sepanjang musim kemarau.
“199 desa itu tersebar di 23 kabupaten yang pada musim kemarau kali ini mengalami kekeringan,” ujar Suban Wahyudiono Kepala Pelaksana BPBD Jatim ketika dikonfirmasi di Surabaya seperti dilansir Antara.
Ia merinci, total desa mengalami kekeringan adalah 442 desa, yang 199 desa di antaranya kekeringan kritis atau tidak ada air, dan sisanya 223 desa kekeringan, tapi masih berpotensi terdapat air.
Berdasarkan surat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kata dia, musim kemarau pada 2018 berlangsung selama Juli hingga September.
Pihaknya juga mengaku telah menyiapkan langkah antisipasi dan solusi untuk masyarakat yang tinggal di kawasan desa terdampak kekeringan, baik yang kritis maupun tidak.
Selanjutnya, langkah yang dilakukan untuk desa kekeringan kritis yakni mengirim truk tangki setiap harinya dengan volume 6.000 liter untuk setiap desa, termasuk menyumbang puluhan unit dirigen serta difasilitasi empat tandon air.
Sedangkan, lanjut dia, bagi desa yang mengalami kekeringan tapi masih berpotensi air dilakukan pengerjaan proyek perpipaan dan tandon air oleh Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Jawa Timur.
“Sampai saat ini sudah dikerjakan di 126 desa, kemudian untuk 97 desa lainnya akan dilanjutkan pada 2019,” ucapnya.
Sementara itu, dari 23 kabupaten yang terdampak kekeringan, sudah 17 kabupaten yang telah mengajukan bantuan ke BPBD Provinsi Jatim, namun kelengkapan administrasi yang sudah memenuhi syarat masih enam kabupayen, yaitu Probolinggo, Sumenep, Sampang, Mojokerto, Kabupaten Pasuruan dan Tulungagung. (ant/dwi)