Memperingati Hari Down Syndrome Sedunia, Universitas Surabaya (Ubaya) mempublikasikan motif batik molekul trisomy sebagai bentuk kepedulian terhadap para penderita down syndrome.
Molekul trisomy adalah kromosom 21 pada manusia yang umumnya berjumlah 2 buah kromosom, sedangkan pada penderita down sindrome berjumlah 3 buah kromosom.
Motif batik molekul trisomy adalah visualisasi kromosom 21 pada para penderita down sindrome yang merupakan hasil kolaborasi mahasiswa Fakultas Industri Kreatif dan mahasiswa Fakultas Teknobiologi.
Hasil karya kolaborasi oleh Chessa Uly Thalia, Imelda Sukamto, Fernando Tjahjono dan Yesica Athisky Gunawan (Fakultas Teknobilogi) dan Dian Iqbal Fanani (Fakultas Industri Kreatif) sebagai tugas akhir mata kuliah Kewirausahaan ini disebut Edu Batik.
Hasil karya unik yang menampilkan motif batik berkonsep biologi ini didukung penuh oleh hibah Pusat Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (PPKP). Motif ini memuat pesan moral tentang kehidupan para kelainan genetis. WHO menyatakan jika down syndrome terjadi dalam 1 dari 1000 kelahiran.
Angka ini bisa meningkat menjadi 1 dari 30 kelahiran jika perempuan yang melahirkan berumur lebih dari 45 tahun. Individu yang mengalami down syndrome mempunyai karakteristik yang special karena mereka lebih ramah, gampang bersosialisasi dan disiplin.
Selain motif Molekul Trisomy, kolaborasi mahasiswa ini juga mengangkat batik dengan motif mengenai Molekul Insulin yang dapat menjadi indikator gejala pada penyakit Diabetes Mellitus.
Guna menghubungkan motif molekuler dalam satu kain, digunakanlah motif rantai DNA sebagai penguntai. Motif yang berhasil dibuat tidak hanya diaplikasikan menjadi kain batik, tetapi juga dikreasikan oleh Iqbal dalam tugas akhirnya menjadi produk-produk life style seperti tas, dompet, sepatu dan lain-lain.
Dalam proses pembuatan karya ini, pertama-tama tim Cheesa dari Fakultas Bioteknologi menentukan molekuler apa yang ingin digunakan.
“Peran tim kami mencari bentuk-bentuk molekuler yang memungkinan untuk diterapkan ke dalam desain batik. Setelah itu juga menjelaskan apa maksud dari bentuk tersebut,” terang Chessa Uly Thalia, Selasa (20/3/2018).
Setelah proses penentuan molekuler, diskusi dilakukan dengan Iqbal dari Fakultas Industri Kreatif dan mereka berkumpul untuk membuat sketsa. Berbagai motif yang dihasilkan melalui sketsa kemudian didiskusikan dengan beberapa dosen dan dipilih mana yang menarik untuk diangkat.
“Molekul Trisomy adalah bentuk kepedulian kami, sekaligus ingin menyadarkan masyarakat luas tentang penderita down syndrome. Rantai DNA yang menguntai antara lingkaran molekul juga untuk memberikan simbolisasi penerimaan kepada individu dengan down syndrome untuk bekerja di tengah masyarakat,” tegas Sulistyo Emantoko Kaprodi Magister Bioteknonologi Ubaya.
Bertepatan pada perayaan Dies Natalis Universitas Surabaya (Ubaya) ke-50 tahun, kain batik bermotif Trisomy dibuat menjadi kemeja batik yang dipakai oleh seluruh karyawan dosen dan non dosen Ubaya.
“Ubaya di usia yang ke 50 tahun ini ingin merangkul masyarakat yang lebih luas dan memahami lebih dalam tentang individu dengan down syndrome. Inilah salah satu alasan kenapa kami mengangkat fenomena ini,” kata Sulistyo Emantoko.(tok/den)