Jumat, 22 November 2024

Liga Arab Akan Lobi PBB Akui Yerusalem Timur Ibu Kota Negara Palestina

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi. Warga Palestina mengibarkan bendera Nasional mereka dalam sebuah aksi. Foto: Reuters

Negara-negara Arab akan memulai upaya diplomatik membujuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengakui negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya di wilayah yang direbut Israel pada perang 1967.

Hal itu seperti disampaikan oleh Ayman Safadi Menteri Luar Negeri Yordania dikutip Reuters, dilansir Antara, Minggu (7/1/20178).

Enam menteri luar negeri Arab bertemu di Amman, Sabtu (6/1/2018) lalu, menindaklanjuti keputusan-keputusan yang diambil Liga Arab untuk menentang langkah Donald Trump Presiden Amerika Serikat.

Pada Desember 2017 lalu, Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, sebuah keputusan yang membalikkan kebijakan puluhan tahun Amerika Serikat mengenai Timur Tengah.

Sebuah komite yang beranggotakan Mesir, Maroko, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Palestina, dikepalai Yordania dibentuk setelah sidang darurat Liga Arab di Kairo beberapa saat setelah keputusan Trump, yang menyeru Washington membatalkan keputusannya.

Liga Arab ketika itu menyatakan, langkah itu akan memicu kekerasan di kawasan dan melukiskan pengumuman Trump sebagai “pelanggaran hukum internasional berbahaya” yang tak memiliki dampak hukum.

Safadi mengatakan para menteri akan merekomendasikan serangkaian langkah untuk menyelenggarakan pertemuan para menteri Liga Arab yang dijadwalkan akhir bulan ini,

“Kami akan melawan keputusan itu dengan mengupayakan satu resolusi (PBB), yang internasional, untuk mengakui negara Palestina atas dasar perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya,” kata Safadi..

Ia tidak mengelaborasi kerangka waktu berkenaan dengan upaya diplomatik tersebut atau apakah dia merujuk ke Dewan Keamanan PBB atau resolusi Majelis Umum.

Ahmed Aboul Gheit Sekretaris Jenderal Liga Arab mengatakan, pertemuan tingkat menteri juga akan membahas peran Washington dalam pemeliharaan perdamaian Arab-Israel di masa depan, yang menurut negara-negara anggota dibahayakan oleh apa yang mereka lihat sebagai bias Amerika Serikat terhadap Israel.

“Kami ingin mengurangi kerugian di pihak Palestina dan mengurangi apa yang diperoleh Israel,” kata Abdul Gheit.

Negara-negara Arab, menurutnya, juga akan membahas apakah akan menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi luar biasa bagi para pemimpin mereka atau menunggu sampai konferensi tingkat tinggi yang dijadwalkan di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, pada akhir Maret mendatang.

Pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel telah membuat marah dunia Arab dan para sekutu Barat, yang menyatakan hal itu merupakan pukulan bagi usaha-usaha perdamaian dan berisiko memicu kekerasan lagi di kawasan.

Palestina menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota masa depan mereka. Israel menganggap Yerusalem sebagai ibu kota abadi yang tak terbagi.

Kebanyakan negara menganggap Yerusalem Timur, yang dicaplok Israel dari Yordania dalam perang tahun 1967, sebagai wilayah yang diduduki dan menyatakan status kota itu harus ditentukan dalam perundingan antara Palestina dan Israel di masa mendatang.

Pada 18 Desember, Amerika Serikat memblokir seruan Dewan Keamanan PBB yang menyeru penarikan deklarasi Trump mengenai Yerusalem. Tiga hari kemudian, lebih dari 120 negara menolak langkah Trump dan mendukung resolusi Majelis Umum PBB yang menyeru Amerika Serikat membatalkan pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Pada 2012, Majelis Umum PBB menyetujui pengakuan de facto atas kedaulatan Negara Palestina dalam resolusi yang menyatakan bahwa status Yerusalem harus ditentukan melalui perundingan.(ant/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
32o
Kurs