Lakon Bui dan lakon Cak Durasim, dijadwalkan bakal dimainkan kelompok Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara asal Kota Surabaya untuk dipentaskan di Jakarta.
Meimura sutradara sekaligus koordinator kelompok Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara membenarkan bahwa saat ini pihaknya bersama anggota kelompok ludruk gencar berlatih untuk persiapan penampilan di Jakarta.
“Kami memang akan tampil di Jakarta. Tepatnya di Taman Mini Indonesia Indah dan di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki. Kami akan tampil pada 17 Agustus hingga 19 Agustus 2018, di dua tempat itu,” ujar Meimura, Jumat (3/8/2018).
Tepatnya, pada 17 Agustus lakon Bui dimainkan di Taman Mini Indonesia Indah. “Dan pementasan lakon Cak Durasim kami gelar pada 18 dan 19 Agustus 2018 di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki,” tambah Meimura.
Lakon Bui, lanjut Meimura berkisah tentang seorang guru sekolah yang oleh karena suatu sebab masuk kedalam bui atau penjara. Dengan aturan ketat kebebasannya direnggut. Sedangkan sosok koruptor yang juga di bui justru memiliki kebebasan layaknya menikmati hotel.
“Lakon Bui adalah realita masyarakat kita. Bagaimana sosok koruptor meskipun sudah dipenjara masih memiliki banyak pilihan serta fasilitas. Lalu apa gunanya di penjara? Di bui?” ujar Meimura.
Lakon Cak Durasim merupakan cerita atau kisah lama tetntang sosok Durasim seniman ludruk yang hidup pada masa penjajahan Jepang. Dengan kemampuannya sebagai seniman Durasim melawan penjajah Jepang atau Nipon kala itu.
“Sosok Cak Durasim adalah inspirator bagi seniman, yang dengan kemampuannya dan kegagahannya melawan penjajah Jepang atau Nipon ketika itu. Lalu munculah kidungan: …bekupon omahe doro, melok nipon tambah soro.., ini sangat heroik,” kata Meimura.
Memenuhi undangan Muhibah Pementasan Ludruk Kebangsaan, Meimura dijadwalkan membawa sekurangnya 50 orang pemain dari kelompok Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara.
“Semoga ini menjadi langkah awal kami untuk kembali menghidupkan ludruk. Di Surabaya, kami terus menerus menggencarkan tontonan ludruk diberbagai kesempatan. Harapan kami semoga Ludruk bisa tetap disaksikan generasi muda, dan menjadi bagian dari ikon seni budaya kota Surabaya,” pungkas Meimura.(tok/ipg)