Sekelompok masyarakat Surabaya yang tergabung dalam Komunitas Bambu Runcing Surabaya (KBRS) memprotes gagasan Gubernur Jawa Timur yang akan mengganti nama Jalan Gunungsari menjadi Jalan Prabu Siliwangi serta Jalan Dinoyo menjadi Jalan Sunda.
Pada Jumat (9/3/2018) siang, mereka membentangkan spanduk di beberapa titik. Diantaranya di Jalan Indrapura depan DPRD Provinsi Jatim, Jalan Pemuda, Jalan Yos Soedarso, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Dinoyo, dan Jalan Gunungsari.
Spanduk itu bertuliskan “Tolak Pergantian Nama-nama Jalan di Surabaya, Jangan Kaburkan Sejarah Surabaya”, “Tolak Pergantian Nama Jalan Dinoyo, Jangan Kaburkan Sejarah Surabaya”, “Tolak Pergantian Nama Jalan Gunungsari, Jangan Kaburkan Sejarah Surabaya”.
“Saya mengapresiasi niat baik Pak Gubernur yang ingin membangun sejarah baru hubungan yang baik akibat luka sejarah, dengan menyandingkan nama Jalan Prabu Siliwangi berdekatan dengan Jalan Brawijaya, serta Jalan Dinoyo menjadi Jalan Sunda,” kata Isa Ansori yang juga Anggota Dewan Pendidikan Jatim, terlihat bersama beberapa orang dalam pemasangan itu.
“Tapi faktanya, masyarakat kita tak begitu mempersoalkan sejarah masa lalu tersebut. Masyarakat kita di Surabaya maupun Jawa Timur pada umumnya juga baik-baik saja. Tidak ada penolakan terhadap masyarakat Sunda atau Jawa Barat. Bahkan suporter Surabaya kalau kedatangan suporter Bandung, mereka sambut dengan rasa kekeluargaan, begitu juga sebaliknya,” tambahnya.
Sementara, Hasan seorang warga yang melihat pemasangan spanduk di Jalan Panglima Sudirman mempertanyakan mengapa nama jalan yang sudah ada harus diganti. “Kasihan masyarakat di dua tempat tersebut akan tambah sibuk mengurus perubahan administrasi kependudukan dan surat surat berharga lainnya, seperti surat tanah, surat rumah dan lain lain.
Menurutnya, lebih bijak kalau Soekarwo Gubernur Jawa Timur membuat jalan baru atau mengganti nama jalan lain yang tidak banyak merepotkan administrasi warga.(iss/ipg)