Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, menyatakan ketinggian air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, juga hulu, Jawa Tengah, jauh di bawah siaga banjir.
“Sesuai laporan UPT Bengawan Solo saat ini ketinggian air Bengawan Solo di hilir, mulai Bojonegoro sampai Lamongan, jauh di bawah siaga banjir,” kata MZ Budi Mulyono Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, di Bojonegoro, Sabtu (3/3/2018), dilansir Antara.
Sesuai laporan Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, ketinggian air di taman Bengawan Solo (TBS) jauh di bawah siaga banjir dengan ketinggian 9.40 meter (siaga I-13.00 meter), Sabtu pukul 06.00 WIB.
Begitu pula, pada waktu bersamaan ketinggian air Bengawan Solo di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer ke arah hulu juga jauh di bawah siaga banjir hanya 24,25 meter.
Di hilir Babat, Karanggeneng dan Kuro, Lamongan, juga di bawah siaga banjir masing-masing 4,66 meter, 2,63 meter dan 0,92 meter.
“Tidak ada laporan ketinggian air Bengawan Solo di Jurug, Solo, juga Wonogiri, Jawa Tengah, menimbulkan banjir,” kata Budi Indro Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro.
Meski demikian, menurut Mulyono, kewaspadaan menghadapi ancaman bencana banjir luapan Bengawan Solo tetap dilakukan, sebab curah hujan masih tinggi selama Maret. “BPBD tetap siaga menghadapi bencana sampai akhir Maret,” ucapnya.
Sesuai prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, bahwa curah hujan selama Maret tertinggi bisa mencapai 401 milimeter, turun dibandingkan curah hujan selama Februari yang bisa mencapai 500 milimeter.
“Tapi curah hujan 401 milimeter masih berpotensi menimbulkan banjir,” ujarnya.
Menurut dia, faktor terjadinya banjir luapan Bengawan Solo terutama karena memperoleh sumbangan air hujan dari wilayah Madiun, Ponorogo dan Lereng Gunung Lawu di Magetan.
“Banjir akan besar kalau secara bersamaan juga memperoleh pasokan air banjir dari Bengawan Solo di hulu, Jawa Tengah dan Wonogiri,” ucapnya menambahkan.
Seorang petani Desa Temu, Kecamatan Kanor, Bojonegoro Hadi menambahkan para petani di daerah banjir luapan Bengawan Solo di sejumlah desa di Kecamatan Kanor dan Baureno, masih belum menanam padi lagi.
Sebab, di area persawahan masih terjadi genangan air luapan Bengawan Solo yang masuk melalui Kali Ingas. “Petani masih mencari ikan di persawahan untuk menambah pendapatan. Petani menanam padi kembali menunggu kondisi aman sekitar Mei,” katanya. (ant/ang)