Di Bojonegoro, kekeringan akibat musim kemarau belum juga mereda. MZ. Budi Mulyono, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro mengungkapkan desa yang mengalami kekeringan semakin meluas. Akibatnya saat ini pihaknya meningkatkan jumlah dropping air dari empat tangki (6.000 liter per tangki) per hari menjadi enam tangki untuk enam desa per hari.
“BPBD hari ini mendistribusikan air bersih di sejumlah desa di Kecamatan Kedungadem, serta beberapa kecamatan lainnya, terhitung sejak 19 September lalu,” ungkapnya, Kamis (20/9/2018).
Data di BPBD yang dilansir Antara menyebutkan, kesulitan air bersih dialami 13.017 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 17.382 jiwa di 43 desa yang tersebar di 13 kecamatan, per 20 September.
Desa-desa yang mengalami kekeringan, antara lain, Kecamatan di Kedungadem, Ngasem, Sugihwaras, Sumberrejo, Sukosewu, Temayang, Ngraho dan Tambakrejo.
Di desa setempat warga sebenarnya masih bisa memperoleh air bersih, tapi harus mencari ke desa tetangganya yang jauhnya berkisar 2-4 kilometer.
Budi memperkitakan dengan alokasi anggaran sejumlah Rp200 juta, sudah mencukupi untuk pengadaan air bersih sampai akhir Oktober.
“Desa yang kesulitan air bersih masih akan terus bertambah. Sesuai jadwal pendistribusian air bersih sampai akhir Oktober, meskipun kemungkinan awal Oktober sudah mulai turun hujan,” tambahnya.
Budi menyebutkan pendistribusian air bersih bukan hanya dilakukan oleh pihak BPBD Bojonegoro, tapi juga dilakukan jajaran kepolisian resor, Kantor Pos, perusahaan minyak Exxon Mobil Cepu Limiter (EMCL), bahkan komunitas mobil.
Di lain tempat, Nadif Ulfia Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPBD menyebutkan bahawa desa yang mengalami kesulitan air bersih lebih banyak dari pemetaan yang dilakukan dengan jumlah 26 desa yang tersebar di 10 kecamatan.
“Kemarau tahun ini lebih kering dibandingkan kemarau tahun lalu. Tapi ada juga desa yang sudah terbebas dari kekeringan karena ada sumur bor air tanah,” katanya. (ant/dim/rst)