Jumat, 31 Januari 2025

KTT Islam Wasathiyah Menghasilkan Empat Pesan untuk Perdamaian

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Presiden Jokowi bersama Syekh Al Azhar sebelum acara High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasatiyyat Islam yang digelar di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (1/5/2018). Foto: Istimewa

Konsultasi Tingkat Tinggi KTT tentang Islam Wasathiyah (Islam Moderat) menghasilkan Message atau Pesan Bogor.

Seluruh Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia peserta KTT tentang Islam Moderat, menyepakati poin-poin dalam Bogor Massage tersebut.

Din Syamdudin Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) sebagai inisiator KTT, mengatakan, Pesan Bogor disusun dengan ringkas tidak seperti pesan-pesan yang lahir dari konferensi semacam KTT Ulama dan Cendekiawan yang diselenggarakan di Bogor.

Dalam siaran pers, Din Syamsudin mengatakan hanya ada tiga butir konsideran (pertimbangan) yang kemudian diletakkan di dalam komitmen yang bersifat praktis, terutama lewat Poros Wasathiyah Islam Dunia. Konsideran tersebut disepakati untuk didirikan dan berada di Indonesia. Pesan Bogor yang dirumuskan dalam KTT tersebut menghasilkan empat poin penting.

Pesan pertama mengaktifkan kembali paradigma Wasathiyah Islam sebagai ajaran Islam Pusat yang meliputi tujuh nilai utama.

Tujuh nilai utama tersebut yakni Tawassut, I`tidal, Tasamuh, Shura, Islah, Qudwah, dan Muwatonah.

Kedua yakni menjunjung tinggi nilai-nilai paradigma Wasathiyah Islam sebagai budaya hidup secara individual dan kolektif, dengan melambangkan semangat dan eksemplar dari sejarah peradaban Islam.

Ketiga, memperkuat tekad untuk membuktikan kepada dunia, bahwa umat Islam sedang mengamati paradigma Wasathiyah Islam dalam semua aspek kehidupan.

Keempat, mendorong negara-negara Muslim dan komunitas untuk mengambil inisiatif untuk mempromosikan paradigma Wasathiyah Islam, melalui Fulcrum (poros) of Wasathiyah Islam, dalam rangka membangun Ummatan Wasatan, sebuah masyarakat yang adil, makmur, damai, inklusif, harmonis, berdasarkan pada ajaran Islam dan moralitas.

“Seluruh ulama menyetuju isi Bogor Massage, dan sejalan dengan pesan Joko Widodo, Presiden pada pembukaan. Dan semua program akan dirancang untuk dijadikan kalender pertemuan tahunan,” kata Din.

Para Cendekiawan Muslim Dunia yang bersidang di KTT tentang Wasathiyah Islam mengakui realitas peradaan modern yang menunjukkan kekacauan global, ketidakpastian dan akumulasi kerusakan global, diperparah oleh kemiskinan, buta huruf, ketidakadilan, diksriminasi, dan berbagai bentuk kekerasan baik di tingkat nasional maupun global.

Percaya pada Islam sebagai agama damai dan rahmat (din al-salam wa al-hadarah) yang prinsip dan ajaran dasarnya mengajarkan cinta, rahmat, harmoni, persatan, kesetaraan, perdamaian, dan kesopanan.

Mengakui bahwa paradigma Wasathiyah Islam, sebagai ajaran utama Islam, telah dipraktekkan dalam perjalanan sejarah sejak era Nabi Muhammad SAW, khalifah yang dibimbing dengan benar (al-Khilafah arRashida), ke periode modern dan kontemporer, di berbagai negara di seluruh dunia.

Serta menegaskan kembali peran cendekiawan Muslim untuk memastikan dan memeliharan generasi masa depan untuk membangun peradaban Ummatan Wasatan, kata Din dalam keterangan pers sebanyak empat halaman.

Azumadi Ketua Steering Committee KTT Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia di Bogor, yang berakhir hari ini 3 April 2018, berharap Konsultsdi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia bisa mengekspor ide Islam Wasathiyah (moderat/penengah) ke berbagai belahan dunia. Sehingga mampu memperbaiki wajah Islam yang lebih damai dan toleran.

“Kami berbagi pengalaman Islam Wasathiyah yang berkembang di Indonesia ini, agar juga menyebar ke tempat lain, menginspirasi,” kata Azyumardi Azra.

Cendikiawan Muslim Indonesia itu optimistis Indonesia berhasil menyebarkan Islam moderat ke seluruh dunia, utamanya ke Timur Tengah dan Asia Selatan dengan potensi yang dimiliki Indonesia. Ke depannya, Indonesia agar bisa melakukan “roadshow” ke berbagai negara dengan membawa ide Islam Wasathiyah dengan ciri damai dan toleran.

Namun mengekspor ide Islam Wasathiyah itu tidak dilakukan dengan cara menggurui. Namun dengan berusaha untuk dilakukan dengan tukar menukar pengalaman secara rendah hati mengenai materi Islam yang damai.

Dengan cara demikian, kata dia, maka ide-ide Islam Wasathiyah tetap dapat disampaikan dengan cara yang elok sekaligus tanpa memaksa.

Terkait penyebaran ide Islam Wasathiyah, Azyumardi menyebut beberapa kelebihan Indonesia dibanding negara dengan mayoritas muslim lainnya, seperti kondisi kondusif negara sehingga bisa mengekspor ide-ide Islam moderat ke berbagai negara.

Indonesia, lanjut dia, juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik dibanding negara Islam dan negara-negara dengan mayoritas Islam lainnya. Pertumbuhan ekonomi itu akan membuat Indonesia mempunyai fondasi yang baik untuk ikut mengambil peran besar untuk perkembangan Islam moderat di berbagai negara.

“Indonesia memainkan peranan itu, karena Islam itu terbesar di dunia, sehingga memiliki tanggung jawab yang tidak kalah besar. Ekonominya paling baik dibanding negara dengan mayoritas Islam lain,” kata Azumadi Azra. (jos/tna/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Jumat, 31 Januari 2025
30o
Kurs