Tiga hal penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah integritas, keberanian, dan kerja keras. Demikian disampaikan Joko Widodo Presiden dalam dialog dengan mahasiswa Korea selepas kuliah umum di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Seoul, Korea Selatan, pada Selasa (11/9/2018).
“Tiga hal ini penting sekali, kejujuran, keberanian, kemudian kerja keras,” kata Presiden menjawab pertanyaan Choi Tae Soo, salah seorang mahasiswa jurusan bahasa Indonesia.
Presiden menjelaskan kejujuran dan integritas sangat penting karena dengan integritas yang baik maka rakyat akan percaya kepada pemimpinnya. Sementara keberanian diperlukan terutama dalam pengambilan keputusan karena setiap keputusan mengandung risiko.
“Kemudian kerja keras, kalau kita melakukan sesuatu tanpa sebuah kerja yang betul-betul habis-habisan dan saya itu mengalami dari mulai nol, di tempat paling bawah menuju ke tangga-tangga berikutnya, kerja keras merupakan salah satu hal yang harus kita miliki,” lanjutnya berdasarkan rilis yang diterima suarasurabaya.net.
Setelah itu, giliran Park Ju Yeon, mahasiswa jurusan Interpretasi dan Penerjemahan bahasa Indonesia. Kepada Kepala Negara, ia bertanya bagaimana Presiden Jokowi bisa memimpin sebuah negara yang sangat beragam dan majemuk seperti Indonesia tetap bersatu dan harmonis.
“Kita tetap bisa rukun dan bersatu yang pertama karena itu memang pemberian, anugerah dari Tuhan. Yang kedua, selalu saya sampaikan kepada rakyat, kepada masyarakat agar selalu saling menghargai, saling menghormati, toleransi satu sama lain meskipun berbeda-beda. Itulah keragaman yang ada di Indonesia. Beragam, berbeda-beda, bermacam-macam,” jawab Presiden.
Energi Perdamaian Dunia Dimulai dari Korea
Tak hanya itu, Park Ju Yeon juga bertanya pendapat Presiden Jokowi mengenai bersatunya Korea Utara dan Korea Selatan. Presiden pun menuturkan bahwa dirinya sangat senang dengan adanya pertemuan antara Presiden Moon Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Selain itu, Kepala Negara juga merasa gembira saat PM Korea Selatan dan Deputi PM Korea Utara juga bersama-sama datang di Asian Games.
“Ini menunjukkan bahwa kerukunan dan persatuan antara Korea Utara dan Korea Selatan, perasaan saya mengatakan, mendekati sebuah kenyataan. Dan kita harapkan betul-betul nanti menjadi sebuah kenyataan, sehingga energi perdamaian dunia itu dimulai dari Korea,” kata Presiden.
Pertanyaan ketiga datang dari seorang alumni yang lulus dari jurusan bahasa Indonesia 20 tahun yang lalu, Park Jong Hyun. Kepada Presiden ia bertanya mengenai kebijakan baru Presiden Moon Jae-in, New Southern Policy.
“Jadi kemarin saya berbicara banyak dengan Presiden Moon Jae-in mengenai New Southern Policy. Bagaimana Korea Selatan akan melihat ke depan yaitu negara-negara Asia. Saya menawarkan banyak hal, terutama tentu saja Indonesia, karena sejak dulu Indonesia dan Korea Selatan adalah mitra strategis,” kata Presiden.
Secara lebih rinci Presiden menyebutkan bahwa 40 persen penduduk ASEAN dan 45 persen GDP ASEAN itu ada di Indonesia.
“Apa yang saya tawarkan saat itu? Kemarin kepada Presiden Moon bahwa Indonesia sangat terbuka untuk Korea Selatan. Yang pertama di bidang industri kreatif. Keberhasilan Korea Selatan dalam menaikkan K-Pop ke seluruh penjuru dunia bisa dikolaborasikan dengan Indonesia,” jawabnya.
Selain itu, Presiden mengatakan bahwa Indonesia adalah tempat yang paling strategis untuk masuk ke pasar-pasar di ASEAN, pasar-pasar di New Zealand, dan Australia. Selain karena sumber daya manusia di Indonesia siap, sumber daya alam di Indonesia juga disebut Presiden siap.
“Sehingga kita bisa bersama-sama bekerja dalam rangka mengekspor produk-produk yang dihasilkan bersama antara Korea dan Indonesia,” lanjutnya.
Sekarang ini, kata Presiden, telah ada kerja sama besar antara Korea Selatan dan Indonesia yaitu di pembangunan pabrik baja antara Krakatau Steel dan Posco. Sebuah pabrik baja yang sangat besar diharapkan nanti akan menghasilkan kurang lebih 10 juta ton besi baja yang bisa memberikan kontribusi pada pembangunan di ASEA.(jos/tin/rst)