Yesaya Bayang, Satpam heroik yang berupaya menghalau tiga pelaku bom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro, fisiknya berangsur membaik.
Saat ini, Yesaya masih dirawat di ruang G1 Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr Ramelan Surabaya setelah menjalani sejumlah operasi, termasuk operasi bedah plastik di wajahnya.
Ketika ditemui di ruangan tempat dia dirawat, Senin(21/5/2018) sore, Yesaya duduk di atas tempat tidur rumah sakit didampingi oleh istrinya. Dia mengaku bersyukur, kondisinya kini sudah lebih baik.
“Tadinya saya enggak bisa menggerakkan jari telunjuk, tapi setelah operasi, sekarang saya sudah bisa menggerakkan jari telunjuk saya. Ya, setelah dirawat sekarang sudah mendingan,” ujarnya.
Yesaya mengaku dirinya masih sangat trauma dengan peristiwa bom di gereja tempat dia bekerja. Karenanya dia enggan menceritakan kembali kronologi peristiwa Minggu (21/5/2018) pagi itu.
Letkol Adi Suriyanto Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi RSAL Dr Ramelan mengatakan, secara umum setelah perawatan beberapa hari, sudah tidak ditemukan infeksi lain di tubuh Yesaya.
“Kondisinya sudah bagus. Setelah operasi bedah plastik, sekarang wajahnya kembali ganteng. Tadinya jari telunjuknya tidak bisa digerakkan, sekarang sudah bisa,” katanya.
Jari telunjuk yang tidak bisa digerakkan itu karena dampak material bom yang melukai lengan kanannya dan merusak jaringan otot fleksi dan syaraf di bagian lengannya.
Saat operasi, dokter Adi melakukan penyambungan otot fleksi ini sehingga bisa digerakkan kembali, serta memasang benang di tiga jarinya untuk membantu pasien lebih rileks.
“Kalau tidak, pasien akan kesakitan menahan jari-jarinya. Jadi terapinya sekarang meluruskan jari-jarinya, termasuk jari telunjuk. Kami perkirakan perawatan akan berlangsung tiga minggu,” ujarnya.
Selain wajah dan lengannya, Yesaya juga mengalami luka akibat pecahan material bom di bagian paha kanan. Kondisinya kini juga sudah membaik.
Sebagaimana terlihat di video CCTV GKI Diponegoro yang viral, saat peristiwa itu terjadi, jarak Yesaya dengan ledakan bom yang dilakukan tiga pelaku memang sangat dekat.
Dr. Laksmana Pertama TNI IDG Nalendra, Kepala RSAL Dr Ramelan mengatakan, secara keseluruhan penanganan tiga korban bom di RSAL Dr Ramelan sudah maksimal.
Ary Setiawan misalnya, yang dirujuk dari RS BDH Manyar saat ini tinggal proses konsultasi dengan ahli bedah mulut karena luka akibat bom di bagian bibir dan giginya.
Sedangkan Yesaya Bayang kini tinggal menjalani penyembuhan otot, tulang, dan syaraf di lengannya, sehingga jari-jarinya bisa kembali digerakkan secara optimal.
Selain kedua korban, masih ada Bripka M Erfan korban ledakan bom di Mapolrestabes Surabaya rujukan dari Rumah Sakit Islam, yang masih harus menjalani perawatan luka.
“Di sini, kami melibatkan banyak dokter spesialis. Mulai dari bedah plastik, bedah tulang, bedah mulut, juga anastesi untuk biusnya. Lalu spesialis fisioterapi untuk terapi penyembuhan,” katanya.
Dia berharap, perawatan terhadap korban bom ini bisa dilakukan secara optimal sampai seluruh pasien bisa kembali beraktivitas.(den/ipg)