Jalan Tunjungan merupakan jalan yang penuh dengan nilai historis dan budaya di dalamnya. Mulai dari menjadi saksi historik peristiwa penyobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, hingga menjadi sentral ekonomi Surabaya di masa-masa penjajahan Belanda.
Dahulunya Jalan Tunjungan merupakan kawasan favorit bagi kalangan atas Belanda yang ingin berbelanja dan menghabiskan waktu untuk bersantai, hingga pada awal kemerdekaan Jalan ini juga masih difungsikan sebagai kawasan sentral mlaku-mlaku untuk masyarakat Surabaya.
Seiring waktu berlalu dan modernisasi mulai masuk ke wilayah Kota Surabaya, mal-mal mulai dibangun dan berbagai pusat perbelanjaan mulai menjamur di Surabaya, kawasan ini sedikit demi sedikit ditinggalkan oleh masyarakat. Jalan ini tidak lagi menjadi pusat jalan-jalan warga Surabaya, di mana warga bisa menikmati suasana jalan kota dan berbelanja dengan santai di sana.
Terlihat tidak jauh dari lokasi Jalan Tunjungan, terdapat mall Tunjungan Plaza dengan gedung berhiaskan lampu led merah. Foto: Ino suarasurabaya.net
Oleh karenanya Pemerintah Kota Surabaya saat ini terus melakukan revitalisasi di Jalan Tunjungan, untuk mengembalikan fungsi Jalan ini menjadi pusat mlaku-mlaku di Kota Surabaya.
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh Pemkot Surabaya untuk mempercantik Jalan Tunjungan ini. Salah satunya Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya telah menuntaskan proyek pengerjaan trotoar dan saluran air sepanjang Tunjungan sekitar akhir 2017 lalu. Dinas itu juga yang mengadakan lampu antik dan kursi klasik untuk mempercantik trotoar.
Lampu antik yang dimanfaatkan warga sebagai spot foto di Jalan Tunjungan. Foto: Ino suarasurabaya.net
Kini Jalan Tunjungan sudah lebih cantik dibandingkan beberapa tahun lalu sebelum dilakukan proses revitalisasi. Jalan Tunjungan akan semakin terlihat klasik dan elegan ketika proyek Trem Surabaya sudah terealisasi yang diperkirakan rampung tahun 2020 nanti.
Nampaknya rencana Pemkot tersebut sesuai dengan harapan masyarakat Surabaya, yang menginginkan Jalan Tunjungan lebih difungsikan seperti Jalan Malioboro di Yogyakarta. Hal itu dituturkan oleh Rukya Sholeha warga Jalan Petukangan Tengah, Surabaya saat dijumpai suarasurabaya.net di Jalan Tunjungan, Jumat (6/4/2018).
“Jalan Tunjungan semakin bagus, jalan-jalan di sini semakin nyaman. Harapan saya pingin Jalan Tunjungan seperti Malioboro, banyak orang jualan juga. Jadi semakin betah jalan-jalan di sini,” ujarnya saat ditanya perihal harapan tentang Jalan Tunjungan oleh suarasurabaya.net.
Hal serupa juga disampaikan oleh Choirul Adi Sofyan dari Komunitas Fotografi Indonesia (KFI), dia menuturkan ingin nantinya Jalan Tunjungan terdapat food junction.
“Harapan saya dengan Jalan Tunjungan nantinya, semoga bisa menjadi ikon wisata dan ada seperti food junction seperti itu ya. Sama ini, lahan parkirnya, karena untuk sekarang masih susah untuk akses parkir,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan suarasurabaya.net Jalan Tunjungan kini masih dimanfaatkan untuk kebanyakan masyarakat kota Surabaya sebagai spot foto. Kunjungan masyarakat lebih bertujuan untuk menjadikan Jalan Tunjungan sebagai latar belakang foto yang menarik bagi mereka.
Jalan Tunjungan untuk saat ini masih dijadikan sebagai spot foto yang menarik bagi warga Surabaya. Foto: Ino suarasurabaya.net
Sebagai upaya turut mengembalikan Jalan Tunjungan sebagai sentra mlaku-mlaku masyarakat Surabaya. Suara Surabaya kembali menggelar Surabaya Urban Culture Festival (SUCF) 2018 di sepanjang Jalan Tunjungan Surabaya, Sabtu, 28 April 2018 mendatang. Kegiatan ini juga masuk dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Kota Surabaya ke-725. (ino/ipg)