Sejak semalam, kemeriahan dan suasana hiruk pikuk mewarnai klenteng-klenteng di Surabaya. Semerbak aroma dupa, bercampur asap lilin yang dibakar memenuhi ruangan klenteng-klenteng di sejumlah tempat di Surabaya, Jumat (16/2/2018).
Di klenteng Pak Kik Bio – Hian Thian Siang Tee Jl. Jagalan, Surabaya, sejak sekitar pukul 07.00 umat mulai kembali berdatangan untuk memanjatkan doa dan bersembahyang memasuki tahun baru Imlek 2569 yang berganti pada Kamis (15/2/2018) malam pukul 00.00.
“Kamis (15/2/2018) malam umat mulai ramai sekitar jam 7 malam. Makin malam makin ramai, karena memang pergantian malam tahun baru Imlek berlangsung pada sekitar jam 12 malam. Terus sampai pagi ini juga masih cukup banyak umat berdatangan,” ujar Leo satu di antara pengurus klenteng.
Menurut Leo, mereka yang sudah bersembahyang pada malam hari, biasanya adalah kelompok orang-orang paruh baya yang sepertinya memang masih memegang teguh tradisi Tionghoa. “Anak-anak muda datang pas menjelang tengah malam. Kalau papa mama mereka biasanya duluan,” kata Leo.
Di klenteng Pak Kik Bio, sayup-sayup terdengar iringan musik jaiko yang merupakan musik tradisi masyarakat Tionghoa dan kerap dimainkan pada perayaan Imlek. Beberapa perempuan mengenakan cheongsam warna putih dan bunga-bunga hitam memainkan jaiko.
Dari halaman luar klenteng dikawasan Jl. Jagalan itu, aroma semerbak dupa menyeruak. Semakin masuk kedalam klenteng, aroma dupa bercampur lilin yang dibakar semakin menyesaki ruangan-ruangan klenteng Pak Kik Bio.
Pemandangan tidak jauh berbeda juga terlihat di klenteng Hong San Ko Tee Jl. HOS Cokroaminoto, yang sejak semalam juga dipadati warga masyarakat. Jumat (16/2/2018) pagi menjelang pukul 07.00, umat berdatangan untuk memanjatkan persembahyangan.
“Doa sembahyang Imlek biasanya memang untuk kesehatan, kesejahteraan dan rejeki lancar bagi seluruh keluarga. Karenanya biasanya sembahyang Imlek diikuti keluarga-keluarga yang memang khusus datang untuk sembahyang Imlek,” terang A Kiong pengurus klenteng Hong San Ko Tee.
Semerbak dupa dan aroma lilin merah yang dibakar menyesaki ruang persembahyangan klenteng di kawasan Jl. HOS Cokroaminoto itu.
“Biasanya sampai Sabtu (17/2/2018) masih ramai umat yang datang bersembahyang, dan arom adupa makin menyesaki ruangan klenteng,” pungkas A Kiong.(tok/ipg)