Iftitah Rizki Ramadhani gadis sembilan tahun asal Jeruk Gampingan, Krian, yang dilaporkan pergi bersama pamannya dan belum kembali, terakhir kali terpantau dari CCTV Terminal Purabaya, Bungurasih, Jumat (13/7/2018) petang.
Hardjo Kepala Sub Unit Terminal Purabaya mengatakan, berdasarkan rekaman CCTV terminal, seorang gadis dengan ciri-ciri yang sama dengan Iftitah saat itu terlihat di sekitaran jalur tiga, jalur keberangkatan bus patas tujuan Madura, sekitar pukul 18.24 WIB.
Menurut Hardjo, Iftitah saat itu terlihat berjalan bersama bersama Dafa (11 tahun) saudaranya, dan Eko (40 tahun) pamannya. “Setelah itu tidak terdeteksi lagi. Karena di jalur itu tidak ada kamera CCTV yang bisa memonitor lebih lanjut,” ujarnya ketika dihubungi suarasurabaya.net, Sabtu (14/7/2018).
Kedua orangtua Iftitah melaporkan, gadis itu bersama Dafa sepupunya, diajak pergi oleh Eko, pamannya sejak Jumat sore sekitar pukul 16.00 WIB. Eko berpamitan kepada nenek Iftitah hendak mengajak mereka ke Taman di dekat Krian. Mereka berjalan kaki.
Amir (33 tahun), ayah Iftitah, pada Jumat malam pukul 23.00 WIB melapor ke Radio Suara Surabaya tentang putrinya yang belum juga ditemukan. Setelah kepergian Iftitah bersama Eko, Amir sempat mencari anaknya di taman yang dimaksud oleh Eko, tapi tidak ketemu.
“Saya cari pukul 18.00 WIB tidak ketemu,” katanya. Dia lantas mendapat kabar bahwa Dafa sudah ditemukan di Terminal Purabaya sekitar pukul 20.00 WIB. Mereka ternyata tidak pergi ke taman yang dimaksud oleh Eko, melainkan bertolak ke Terminal di Surabaya.
Hardjo Kasubnit Terminal Purabaya mengatakan, penemuan Dafa itu memang terjadi sekitar pukul 20.00 WIB. Ada salah seorang penumpang yang menemukan bocah laki-laki itu sedang menangis lalu mengantarkannya ke petugas informasi Terminal Purabaya.
“Lalu salah seorang petugas saya nge-share ke grup-grup tentang penemuan anak laki-laki ini. Ternyata ada gurunya yang mengenali anak ini, dia yang menghubungi kedua orang tua anak-anak ini. Sekitar pukul 21.00 WIB anak ini kami serahkan ke orangtuanya,” katanya.
Amir, ayah Iftitah menceritakan kembali kronologi kejadian seperti yang dituturkan oleh Dafa kepada keluarganya. Menurut Dafa, Eko tidak mengajak dirinya dan Iftitah ke taman seperti yang dipamitkan kepada nenek Iftitah saat hendak pergi. Mereka langsung menuju ke Terminal Purabaya.
“Kata Dafa, alasan Eko mengajak mereka naik bus mau ambil truk. Pak Eko ini memang profesinya sopir truk. Pas di ruang tunggu Terminal Bungurasih, Dafa disuruh nunggu di sana, Pak Eko dan Titah mau beli minum, tapi enggak kembali sampai dua jam,” katanya.
Iftitah Belum Ditemukan
Amir dan Tri Mandayati (35 tahun), ayah dan ibu Iftitah masih terus melakukan pencarian. Mereka menempuh banyak cara, termasuk menghubungi “orang pintar” agar anaknya ditemukan. Namun, sampai Sabtu sore, gadis yang biasa dipanggil Titah itu belum juga diketahui keberadaannya.
Iftitah Rizki Ramadhani gadis sembilan tahun yang diajak pamannya dan belum ditemukan. Foto: Amir untuk suarasurabaya
“Kalau dari “orang yang ngerti” dia sudah jauh. Sekarang posisi mungkin di Magelang,” kata Amir ketika dihubungi New Media Suara Surabaya. Eko, Paman Iftitah yang mengajaknya pergi bersama Dafa berasal dari Magelang. Namun, dia juga belum bisa memastikan hal itu.
Keluarga Ifititah sudah berupaya menghubungi ponsel milik Dafa yang dibawa oleh Eko, tapi tidak tersambung. Amir pun sempat melaporkan hal ini ke Polsek Krian. Di Polsek ada salah seorang petugas yang membantunya melacak ponsel Dafa dan terakhir kali terdeteksi Sabtu dini hari sekitar pukul 00.30 WIB berada di sekitar Kertosono.
Amir dan istrinya berharap, bila ada yang melihat Iftitah agar segera melaporkannya ke pihak berwajib, atau juga bisa melaporkannya ke Radio Suara Surabaya di 031-99000000.
Adapun ciri-ciri Iftitah Rizki Ramadhani:
Gadis itu berperawakan tinggi, kurus, berkulit sawo matang dan berambut ikal. Ada ciri khusus di wajahnya, yakni tahi lalat kecil di hidungnya. Terakhir kali dia pergi meninggalkan rumah memakai kaos warna telur asin bermotif boneka bercelana legging polkadot warna-warni.
Sedangkan ciri-ciri Eko:
Tinggi sekitar 160 sentimeter, berkulit hitam, di keningnya ada tahi lalat. Terakhir kali dia pergi mengajak Iftitah memakai kaos lengan panjang warna cokelat berlengan warna hitam, bercelana kain warna hitam.
Tri Mandayati, ibu Iftitah mengatakan, Eko adalah saudara sepupunya yang tinggal di Magelang. Pria itu berprofesi sebagai sopir truk. “Di keluarganya dia sudah tidak diakui. Eko ini juga sudah enggak bener. Sering kasus sama polisi,” katanya.(den)