Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersama lima perguruan tinggi lainnya dipercaya PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) uji mobil hybrid.
Proyek ini menggandeng Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) serta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI.
Dr Tri Arief Sardjono ST MT, peneliti yang turut mengelola uji coba ini menerangkan, ITS menerima total enam mobil untuk melakukan pengujian dengan rincian dua unit Toyota Prius Plug in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), dua Toyota Prius Hybrid, dan dua Toyota Altis.
Bahkan, mobil Toyota Prius jenis PHEV yang menurutnya belum ada di pasaran ini, juga sempat dijajal oleh Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi, dalam kunjungannya ke kampus ITS beberapa waktu lalu.
Tri, sapaan akrab Dr Tri Arief Sardjono ST MT, menuturkan bahwa akan dilakukan beberapa pengujian terhadap mobil-mobil ini.
“Pengujian mengenai tingkat hemat daya, bahan bakar, serta cuaca, dan lain-lain tersebut bertujuan untuk mengetahui respon mobil terhadap penggunaan dalam berbagai kondisi geografis dan ritme pengguna yang beragam,” terang Tri yang juga Dekan Fakultas Teknologi Elektro (FTE) ITS ini.
Untuk menangani hal tersebut, Tri menambahkan, ITS telah membentuk tim khusus di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITS yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, dari Departemen Teknik Elektro dan Departemen Teknik Mesin.
Setidaknya ada enam dosen yang bergantian menguji mobil tersebut selama dua minggu sampai tiga bulan ke depan.
“Setiap pekan, mahasiswa akan mengambil data yang terekam dalam data logger untuk dianalisis dan dikirim ke pihak yang membutuhkan,” tambah Tri.
Mobil ini, lanjut Tri, diuji dalam berbagai kondisi medan dengan harapan dapat menempuh jarak rata-rata 50 km per hari.
“Walaupun mobil biasa, Toyota Altis yang dipinjamkan digunakan sebagai pembanding dua mobil lainnya yang bertenaga ganda, listrik dan bahan bakar fosil,” ujar Tri.
Sistem kerja mobil hybrid sendiri, menurut dosen Teknik Biomedik, bukanlah mobil yang sepenuhnya berbahan bakar listrik meskipun listrik digunakan sebagai sumber energi utama dalam pengoperasiannya. “Namun saat pasokan listrik habis, mobil akan secara otomatis menggunakan bensin yang tersedia,” kata Tri.
Meskipun demikian, Tri menilai sistem mobil hybrid lebih cocok diterapkan di Indonesia daripada kendaraan dengan sumber energi listrik penuh. “Kita tidak bisa memungkiri, bahwa Indonesia masih memerlukan peningkatan fasilitas pendukung untuk kendaraan listrik,” ujar Tri.
Ditanya mengenai pengaruh pengujian mobil ini terhadap riset kendaraan listrik ITS, Tri mengaku banyak teknologi yang bisa dipelajari lewat pengujian mobil ini oleh ITS. Ia memberi contoh, dua mobil hybrid Toyota ini sudah dapat menerapkan artificial intelegence (AI) dalam sistemnya.
“Walaupun kami masih mengembangkan sistem hybrid, namun pengujian ini akan membantu meningkatkan riset kendaraan listrik kami nantinya,” pungkas Tri, Kamis (6/12/2018).(tok/rst)