Civitas akademika ITS Surabaya, Kamis (11/10/2018) gelar: ITS Music Jam Session for Charity untuk galang dana donasi korban bencana alam di Sulawesi tengah dan Lombok.
Penggalangan dana melalui acara musik yang dihelat secara terbuka di area Kantin Pusat ITS ini dihadiri segenap petinggi dan dosen serta perwakilan mitra kerjasama ITS Surabaya.
Prof Ir Joni Hermana MScES PhD, Rektor ITS, sangat mengapresiasi diadakannya acara amal tersebut. “Ini merupakan upaya dari kita untuk meningkatkan kepedulian warga ITS terhadap saudara-saudara yang terkena bencana yang dikemas dengan gaya anak zaman sekarang melalui acara musik seperti ini,” terang Joni.
Menurut Joni, tujuan penggalangan dana melalui acara musik seperti ini selain untuk menjalin silaturahmi antar sivitas akademika ITS dan mitra kerjasama, juga bertujuan membangun rasa kepedulian kepada para korban bencana yang ada di Lombok dan Sulawesi Tengah.
“Konsep acara ini diadakan dengan santai untuk saling mengakrabkan antarwarga ITS dan sebagai gerakan untuk menyumbangkan bantuan kita kepada para korban bencana,” tambah Joni.
Joni menjelaskan, bantuan yang diberikan kepada para korban dilaksanakan melalui dua tahap, yakni tahap tanggap darurat dan tahap pemulihan.
Tahap tanggap darurat yang rencananya akan dilakukan di Palu dan sekitarnya ini menerima dan menyalurkan sumbangan berupa obat-obatan, pakaian, makanan dan juga tenda.
“Sedangkan tahap pemulihan yang akan dilakukan di Lombok ini, kami menargetkan pembangunan sekitar 914 huntara (hunian sementara) yang diharapkan dapat bertahan hingga sekitar tiga tahun ke depan,” papar Joni.
Penggalangan dana yang berlangsung dari pukul 10.00 hingga 16.00 WIB tersebut, bantuan yang terkumpul meliputi uang tunai dengan total Rp 160 juta dan bantuan dalam bentuk Hunian Sementara (Huntara) berjumlah 96 unit.
Bantuan tersebut datang dari seluruh sivitas akademika ITS. Baik dari berbagai fakultas, alumni ITS maupun dari perseorangan dan kelompok.
Mengenai kendala dalam menyalurkan bantuan tersebut, Joni mengungkapkan bahwa jarak adalah masalah utama. Namun adanya kontribusi masyarakat sekitar membuat proses pemulihan wilayah menjadi lebih mudah.
“Setelah ini, saya berharap pemerintah untuk dapat segera menyalurkan bantuan berupa hunian (permanen) kepada korban untuk bisa menggantikan huntara tersebut,” tambah guru besar Teknik Lingkungan ini.
Ditambahkan Joni, selepas acara diharapkan terbangun budaya simpati warga ITS agar jika terjadi bencana lain untuk segera membantu tanpa perlu imbauan terlebih dahulu.
Keadaan para korban bencana harus menjadi perhatian semua pihak, khususnya bagi warga ITS.
“Saya juga menginginkan ke depannya agar diselenggarakan acara doa bersama, karena melihat dari aspek bencana yang berturut-turut terjadi tentu menjadi teguran bagi kita sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan untuk kembali merendahkan diri di hadapan Allah SWT,” pungkas Joni.(tok/rst)