Institut Teknologi Bandung (ITB) membekukan organisasi mahasiswa yang diduga berafiliasi dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
“Organisasi kemahasiswaan (yang dibubarkan) ini adalah HATI (Harmoni Amal dan Titian Ilmu) yang kami bekukan beberapa minggu yang lalu,” ujar Bermawi P. Iskandar Wakil Rektor Bidang Akademi dan Kemahasiswaan ITB, di Bandung, Rabu.
Bermawi mengatakan, organisasi HATI telah lama dicurigai gerak-geriknya. Pasalnya, sering mengundang tokoh-tokoh HTI untuk menjadi pemateri dalam diskusi yang diselenggarakannya.
Sebelum dibekukan, pihak rektorat sebetulnya sudah memberikan peringatan berupa teguran agar organisasi tersebut tidak menyelenggarakan kegiatan yang bertentangan dengan aturan kampus dan nilai-nilai Pancasila. Namun, mereka tidak menaatinya.
“Diskusi di kampus dan itu kita tegur, sudah dua kali mereka mengadakan diskusi itu. Dari hasil diskusi mereka posting di medsos dan memang ada kaitannya dengan aspirasi dari HTI itu,” kata dia.
Menurutnya, organisasi itu sudah eksis sejak lima tahun lalu. Tercatat, sebanyak 59 orang yang menjadi anggota HATI. Saat ini pihak ITB, terus menelusuri secara detail jejak rekam HATI.
Apabila dinilai membahayakan bagi kampus, maka ITB akan melakukan tindakan tegas berupa pembubaran. Namun untuk sementara ini, organisasi kemahasiswaan tersebut masih dibekukan karena mereka hanya berkegiatan pada tataran diskusi.
“Jadi masih wacana. Kalaupun sistem negara khilafah ini masih wacana. Untuk itu kami perlu meluruskan mereka,” katanya.
Menanggapi pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang memasukan ITB ke dalam beberapa perguruan tinggi terpapar radikalisme, ia justru berterima kasih karena telah memberikan gambaran serta masukan terhadap kampusnya.
“HATI ini jadi pelajaran berharga buat ITB. Kami lebih berhati hati mengizinkan organisasi kemahasiswaan seperti HATI ini. Karena kegiatan diskusinya tidak konstruktif,” kata dia.
Ia juga menjelaskan, saat pertama kali masuk di ITB, para mahasiswa telah berjanji bahwa mereka akan mematuhi segala aturan yang berlaku di ITB termasuk berorganisasi dengan berlandaskan Pancasila.
“Yang namanya Pancasila itu harus jadi dasar mereka, baik dalam berorganisasi kemahasiswaan, menuntut ilmu. Fokuskan perhatian kita di dalam membangun negara ini dengan mencari kesamaan dari perbedaan yang ada. Jika seperti itu, maka upaya yang kita lakukan akan bernilai peningkatan kesejahteraan, menghindari konflik yang terjadi,” kata dia seperti dikutip Antara. (ant/rs)