Margaretha Ahli Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga menyebut, persentase melakukan bunuh diri di Indonesia meningkat dan sebagian besar berasal dari usia produktif. Menanggapi hal itu, ia menyebut, jika seseorang mengalami depresi, masyarakat tidak perlu takut untuk mendatangi psikolog. Meski ia mengakui, masyarakat masih memiliki stigma negatif tentang kesehatan mental.
“(Datang ke Psikolog, red) itu penyakit yang buruk, orang terkutuk, orang yang punya masalah berat karena mungkin Tuhan tidak berkenan, (pandangan itu, red) itu yang perlu dipatahkan,” kata Margaretha kepada suarasurabaya.net, Jumat (30/11/2018).
Orang sering berpendapat, jika tidak ada gangguan mental, lanjutnya, maka dianggap sudah sehat mentalnya. Padahal menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah kondisi ketika seseorang memiliki empat komponen, yaitu bisa menyelesaikan persoalan hidupnya, dia bisa mengaktualisasikan potensi diri, bekerja produktif, dan berkontribusi ke masyarakat. Artinya, orang yang sehat mentalnya harus memiliki keempat komponen ini.
Ia menyebut, pelayanan psikologi sebenarnya pelayanan non-medis. Sehingga, yang diutamakan adalah berbicara. Ia menyebut, berbicara ke profesional dan orang biasa memiliki perbedaan. Ada tahapan yang terstruktur, perjanjian, tujuan bersama, dan evaluasi.
Masyarakat juga tidak perlu takut atas kerahasiaan identitas dan data yang disampaikan ke psikolog. Margareth menyebut, Psikolog pasti akan menjaga rahasia tersebut.
“Hanya akan dibuka atas dasar pengadilan. Untuk upaya forensik,” tegasnya.
Ia mengakui, tidak semua orang memiliki akses yang sama untuk datang ke Psikolog secara langsung. Ia menyebut, saat ini sudah banyak layanan psikolog online seperti online conseling, hotline center, telepon, dan e-conseling. Meski begitu, ia menyebut, jika membutuhkan layanan intensif, masyarakat bisa langsung lebih punya dampak kuat. (bas/nin/ipg)