Secara kumulatif, jumlah pemudik dengan kereta api di wilayah kerja PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 8 Surabaya pada H-2 Lebaran, Rabu (13/6/2018), meningkat 1 persen dibandingkan lebaran tahun lalu.
Data KAI Daop 8 Surabaya hingga Rabu (13/6/2018) pukul 08.00 WIB menunjukkan, secara kumulatif volume angkutan penumpang masa angkutan lebaran 2018 mencapai 274.741 penumpang.
Terjadi peningkatan sejumlah 1.655 penumpang atau sebesar 1 persen bila dibandingkan H-2 lebaran 2017 yang mana volume penumpang KA saat itu sejumlah 273.086 orang.
Gatut Sutiyatmoko Manajer Humas PT KAI Daop 8 Surabaya mengatakan, peningkatan jumlah penumpang ini akan sesuai dengan prediksi KAI Daop 8 Surabaya.
“Sesuai prediksi kami. kami memperkirakan terjadi peningkatan 3 persen untuk tahun ini, sampai hari-H lebaran nanti,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Rabu (13/6/2018).
Gatut mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan volume penumpang KA. Tapi faktor yang paling memungkinkan, kata dia, karena terjadinya peralihan moda transportasi pemudik.
“Pada masa angkutan lebaran ini arus lalu lintas cenderung ramai, banyak kemacetan. Jadi waktu tempuh yang dijalani lebih panjang. Sedangkan kereta api cenderung stabil dan tepat waktu, sehingga pemudik beralih ke kereta api,” ujarnya.
Pergeseran moda transportasi itu sebagaimana yang dilakukan oleh Ayu (20) warga Genteng, Banyuwangi, yang bekerja di sebuah koperasi di Surakarta (Solo), Jawa Tengah. Dia mengaku, baru pertama kali ini mudik dengan kereta api.
“Biasanya saya naik bus. Tapi karena sekarang ada temannya, saya naik kereta api. Makanya, karena sebelumnya enggak pernah, saya takut ketinggalan,” ujarnya ditemui di ruang tunggu Stasiun Gubeng Baru.
Kepada petugas, dia menanyakan apakah kereta jurusan Jember yang akan dia tumpangi sudah tiba? Dia bertanya dengan nada tergopoh-gopoh sampai petugas pintu masuk mengatakan, “santai saja, Mbak.”
Ayu mengakui, mudik menggunakan kereta api lebih efektif dibandingkan dengan bus. Dengan bus, dia harus berpindah bus sampai empat kali hingga akhirnya tiba di Banyuwangi.
Dari Surakarta ke Surabaya dia harus pindah bus jurusan Probolinggo. Dia masih harus berpindah bus jurusan Jember, lalu sampai di Jember dia harus pindah bus ke Banyuwangi.
“Biasanya kena macet. Sampai rumah besoknya, sudah siang,” katanya.
Dengan kereta api, dia mengaku harus pindah dua kali. Dari Surakarta ke Surabaya, dia harus pindah kereta api jurusan Jember karena kehabisan tiket kereta langsung ke Banyuwangi.
“Dari Solo tadi berangkat jam 6 pagi, sampai Surabaya jam 2 siang. Ini nanti sampai Jember sekitar jam setengah delapan malam. Baru nanti lanjut bus ke Banyuwangi, sampai rumah paling jam setengah sebelas malam,” ujarnya.
Faktor lain yang menyebabkan peningkatan jumlah penumpang kereta api, Gatut Sutiyatmoko Manajer Humas KAI Daop 8 Surabaya mengatakan, karena tahun ini KAI menambah lebih kereta tambahan.
“Kalau tahun lalu kereta tambahan hanya tujuh, sekarang ini, yang tadinya hanya enam kereta api tambahan per 16 Juni mendatang akan ditambah lagi 2 kereta tambahan,” katanya.
Kereta tambahan itu antara lain KA Gajayana Lebaran tujuan Malang-Gambir, KA Sembrani Lebaran tujuan Surabaya Pasarturi-Gambir, KA Sancaka Lebaran tujuan Surabaya Gubeng-Yogyakarta, KA Pasundan Lebaran tujuan Surabaya Gubeng-Kiaracondong, KA Matarmaja Lebaran tujuan Malang-Pasar Senen dan KA Kertajaya Lebaran tujuan Surabaya Pasar Turi-Pasar Senen.
Gatut menyebutkan, dua kereta tambahan yang disiapkan untuk tanggal 16 Juni mendatang adalah relasi Surabaya Pasar Turi-Gambir dan relasi Surabaya Gubeng-Malang.
Dua kereta api tambahan itu, kata Gatut, terutama untuk mengantisipasi lonjakan arus balik Lebaran 2018 yang diperkirakan berjumlah lebih tinggi dibandingkan arus mudik. (den/dwi)