Sabtu, 1 Februari 2025

Grassroot Surabaya yang Toleran Menguntungkan untuk Hadang Terorisme

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Wahyu Wicaksana Pengamat Terorisme Unair dalam Terorism Threat on Asean +3 Region, Rabu (21/11/2018) di Kampus Universitas Airlangga Surabaya. Foto: Istimewa

Surabaya memiliki masyarakat yang toleran di tingkat grassroot. Wahyu Wicaksana Pengamat Terorisme Unair menyebut, kondisi ini menguntungkan untuk menghadang terorisme di Surabaya. Kasus intoleransi dan terorisme yang pernah terjadi di Surabaya pada Mei 2018 dianggapnya tidak akan mampu merusak multikulturalisme yang sudah terbangun berabad-abad lalu.

“Bayangkan kalau ini terjadi di solo, atau di tempat-tempat perdagangan internasional baru yang muncul setelah kemerdekaan. Akan jauh lebih besar dampaknya,” kata Wahyu ketika ditemui usai menjadi pemateri di Seminar Internasional yang digelar BEM Unair, Surabaya, pada Rabu (21/11/2018).

Ia menyebut interaksi multikultur di Surabaya yang sangat kuat menjadi modal sosial bagi Surabaya. Ia menyebut, masyarakat Surabaya meski memiliki rasa benci, tidak akan menunjukkan kebencian tersebut pada orang di luar komunitasnya.

“Ini (intoleransi, red) yang coba dimainkan di Surabaya, tapi gagal. Untungnya kita punya social capital (modal sosial,red) itu,” katanya.

Ia menyebut, Surabaya perlu mengembangkan Community Leads Counter Terrorism. Pendekatan ini adalah upaya antiteror yang dipimpin oleh komunitas. Semisal di Kampus, yang mengantisipasi adalah dosen, organisasi mahasiswa, dan pimpinan-pimpinan kampus. Ia juga mencontohkan, komunitas pengajian di masyarakat bisa mengundang penceramah yang teduh dan tidak menebar intoleransi ketika berceramah. (bas/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Sabtu, 1 Februari 2025
31o
Kurs