Raih prestasi internasional, 3 mahasiswa UK Petra Surabaya manfaatkan Gragal Batu Bata atau bongkaran dinding ditambah bubuk kalsium karbonat untuk pembuatan Beton.
Prestasi internasional yang direbut adalah juara 1 tingkat internasional untuk kategori Concrate Competition yang digelar di kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah.
“Kami kurangi penggunaan Semen, lalu kami gantikan dengan Gragal Batu Bata dan bubuk Kalsium Karbonat sekitar 30%. Dari percampuran itu, kekuatannya mencapai 24,5 MPa saat tes beton satu hari dibandingkan dengan kekuatan biasanya sebesar 25 MPa dalam waktu 28 hari,” terang Nico Christiono.
Bersama dengan Kent Setiono, dan Ricky Surya, Nico yang merupakan mahasiswa angkatan 2015, didampingi pembimbing Antoni, Ph.D., mereka membuat inovasi mengacu penelitian sebelumnya yang disempurnakan lagi oleh tim ini.
Mereka sepakat mengurangi penggunaan semen dan mencari penggantinya sebagai bahan campuran dalam beton yang dapat memadat sendiri (self compacting concrete).
Mereka menambahkan gragal batu bata dan kalsium karbonat yang sudah dihancurkan dalam bentuk butiran halus dalam adonan betonnya.
“Pemanfaatan gragal batu bata ini akan dapat mengurangi buangan yang tak terpakai misalnya saat merenovasi rumah ataupun memanfaatkan bagian bangunan yang runtuh pada saat terjadi bencana alam gempa bumi, sedangkan kalsium karbonat membantu menambah kekuatan beton umur awal,” papar Ricky Surya.
Saat mengikuti lomba berskala internasional tersebut, ada dua babak yang harus diselesaikan sesuai standar International Concrete Competition (ICC) dalam Civil Week 2018 yaitu babak penyisihan dan babak final.
Di babak penyisihan, tim ini harus membuat proposal, video berbahasa Inggris berdurasi 10 menit dan hasil tes beton sebelumnya yang dikirimkan pada panitia.
Video dan proposal ini menceritakan bagaimana pembuatan beton kuat yang dapat diproduksi massal dengan mempertimbangkan aspek ramah lingkungan, ekonomis, bahan yang mudah didapatkan, dan tidak menyangkal nilai sosialnya.
Selain bersaing dengan mahasiswa dari Indonesia, tim UK Petra ini juga bersaing dengan peserta luar negeri dari Filipina, Malaysia dan India.
Persiapan yang mereka lakukan hanya sekitar 10 hari disela-sela skripsi. Nico menambahkan, dengan beton inovasi ini dapat menghemat hingga 42%. “Akan tetapi tergantung penggunaannya, jika dipergunakan untuk hal lainnya yang besar maka diperlukan penelitian kembali khususnya untuk komposisinya,” kata Nico.
Tidak sia-sia usaha mereka, dari 33 proposal yang masuk hanya enam tim saja yang masuk babak final termasuk tim UK Petra. Dalam babak final, mereka diminta mempraktekkan langsung proposal berjudul: Sustainable High Early Strength Self Compacting Concrete (SCC) Using Clay Brick Waste and Limestone Powder.
Selama tiga hari, tim UK Petra membuat beton secara langsung, kemudian melakukan tes beton berumur 1 hari dan melakukan presentasi di depan para juri.
Panitia telah mempersiapkan bahan dasar membuat beton, peserta hanya diminta membawa bahan inovasi tambahan yang akan digunakan.
Bukan tanpa proses, tim UK Petra telah mencoba inovasi ini di kampus terlebih dahulu hingga lebih dari 10 kali percobaan. Kesulitan terberat bagi tim UK Petra adalah mempertahankan kondisi beton untuk tetap encer namun bisa memenuhi syarat beton mudah mengalir yang ditentukan.
Dan setelah meraih juara, tim UK Petra membawa pulang hadiah plakat, sertifikat dan hadiah uang sebesar 1000 USD, mereka juga mendapatkan pengalaman berharga.
“Kami menambah teman dan membangun relasi antar universitas baik internasional maupun nasional dan menambah pengetahuan bagaimana membuat self compacting concrete,” pungkas Kent, Rabu (28/11/2018).(tok/rst)