Global Climate Action Summit (GCAS) di San Francisco, Amerika Serikat (AS), Jumat (14/9/2018) ditutup dengan dorongan pemangku kepentingan terhadap para kepala negara untuk meningkatkan ambisi iklimnya menekan peningkatan suhu bumi di 1,5 derajat celsius.
“Momentum menuju aksi berani di putaran berikutnya pembicaraan iklim PBB dipercepat minggu ini,” kata Manuel Pulgar-Vidal pemimpin WWF global untuk praktik iklim dan energi sekaligus anggota komite penasihat GCAS, di San Francisco.
Dalam GCAS minggu ini, lebih dari 500 pemimpin bisnis, pemerintah lokal hingga masyarakat berkomitmen melakukan aksi dan mendetilkan rencana baru untuk bekerja bersama mengurangi emisi global.
GCAS menyimpulkan dengan sebuah panggilan untuk pemerintahan-pemerintahan nasional guna meningkatkan ambisi untuk mengamankan iklim yang aman bagi masa depan semua.
“Angka dari pebisnis dan pemerintah lokal harus naik untuk memenuhi tantangan iklim. Sekarang, pemerintah-pemerintah pusat dapat tiba di Polandia (Conference of Parties UNFCCC ke-24) dengan `angin` di belakang mereka, memberikan mereka keberanian untuk memberikan komitmen lebih besar dalam mengurangi emisi, yang menggerakkan kita lebih dekat ke 1,5 derajat celsius di masa depan,” katanya dilansir Antara.
Ia mengatakan, di bawah spanduk the 30×30 Forest, Food and Land Challange, WWF dan aliansi dari lebih 100 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pebisnis, pemerintah-pemerintah pusat dan lokal, kelompok-kelompok masyarakat adat dan komunitas lokal mengeluarkan 17 komitmen untuk agenda hutan, pangan dan lahan yang lebih maju.
Lahan -dan bagaimana masyarakat menggunakannya- adalah sumber emisi kedua terbesar, tetapi bisa memberikan hingga 30 persen solusi iklim yang dibutuhkan untuk memenuhi target Paris Agreement.
Komitmen-komitmen baru ini, ia harapkan bisa menolong sistem pangan lebih baik, menambah restorasi, konservasi dan ketahanan alam dan kerja-kerja lahan, dan membuka kunci pendanaan baru serta teknologi untuk sektor terkait.
Gelaran GCAS di Moscone Center, San Francisco, pada 13-14 September 2018, sempat diwarnai berbagai aksi protes dan demonstrasi aktivis dan masyarakat peduli lingkungan yang menolak penggunaan energi fosil dan menolak perdagangan karbon.
Bahkan aksi mereka sempat membuat Utusan Khusus Sekjen PBB dari Amerika Serikat untuk Perubahan Iklim Michael R Bloomberg terpaksa menunda sejenak berbicara di podium utama GCAS. (ant/bid)