Surabaya menyimpan berbagai catatan sejarah. Kawasan Darmo satu di antaranya. Mahasiswa Arsitektur Universitas Kristen Petra Surabaya mengeksplorasi Kawasan Darmo dalam pameran desain tematik.
Dengan banyaknya bangunan peninggalan cagar budaya, ini menjadikan kawasan Darmo di satu sisi menjadi kawasan bersejarah tetapi di sisi lain menjadi kawasan bisnis yang mahal di Surabaya.
“Pameran ini tugas mata kuliah merancang tematik menghadirkan 66 karya yaitu poster, maket kawasan gambaran perencana, dan maket bangunan,” terang Gunawan Asisten Pameran.
Pameran ini merangkum karya-karya desain bangunan fasilitas seni dan komersial yang bersifat publik di Kawasan Darmo, tepatnya di tepi Jl. Dr Sutomo, berdekatan dengan lokasi Taman Korea.
“Karena di kawasan Darmo, khususnya jalan dr.Soetomo ini terdapat potensi Taman Korea yang dibangun tahun 2010, tetapi kebanyakan kaum muda saat ini tidak menyadari keberadaannya, dan kawasan perumahan kuno ini sedang memunculkan dilema sebagai hunian tempat tinggal atau bisnis,” papar Rully Damayanti, ST, M.Art, Ph.D., dosen Arsitektur UK Petra.
Pada pameran ini mahasiswa diminta melakukan dua tahapan yaitu pembuatan blok plan dan desain bangunan secara individual.
Tahap pertama melakukan desain kawasan yang mana merupakan tugas kelompok dilaksanakan selama 5 minggu kemudian dilanjutkan mendesain bangunan individu yang dikerjakan selama 10 minggu.
Mereka diminta mendesain bangunan dengan memperhatikan faktor sosial-ekonomi dan lingkungan di kawasan ini.
“Diharapkan para calon arsitek muda ini memperhatikan kelestarian ruang terbuka hijau dan kaitan satu sama lainnya agar bangunan di kawasan perkotaan ini tidak bersifat egois. Harus membuat desain yang menyikapi aspek-aspek kota dan permasalahannya seperti sejarah kawasan dan bangunan bersejarah,” tegas Rully.
Pameran ini diharapkan memperkaya wawasan calon arsitek muda, khususnya di Surabaya, tentang kebutuhan kotanya terhadap fasilitas seni dan ruang terbuka hijau yang terintegrasi serta berkelanjutan.
Dengan pameran kali ini, para mahasiswa punya kepekaan dan kewajiban menampilkan kepekaan itu dalam karya-karyanya. Termasuk memunculkan lingkungan sekitar bangunan.
“Dari pameran ini kami yakin bahwa desain arsitektur, harus peka terhadap lingkungan sekitar. Hal ini diimplementasikan dengan bentuk skala bangunan, ketinggian bangunan, penataan letak bangunan atau orientasi, serta pilihan material ruang luar. Sehingga menciptakan arsitektur yang kontekstual,” kata Guszeus Wisnu satu diantara mahasiswa Arsitektur.(tok/den)