Sanggar Lidi dijadwalkan Rabu (11/4/2018) mementaskan lakon Aktivizm, sebagai bagian dari Dharma Seni Untuk Negeri III digelar di gedung Cak Durasim kompleks Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya.
Naskah lakon Aktivizm lahir dari kegelisahan Totenk MT Rusmawan yang melihat dan merasakan bagaimana para aktivis negeri ini bergerak dan bermanuver tidak lagi mengatasnamakan rakyat dan masyarakat, tetapi justru untuk eksistensi diri pribadinya.
“Naskah ini saya buat atas kerisauan pada keondisi kekinian serta pergerakan dunia aktivis itu sendiri. Justru saat ini banyak aktivis tidak lagi punya hati nurani. Mereka sudah ditumpangi berbagai kepentingan kelompok-kelompok tertentu,” terang Totenk.
Faktanya, lanjut Totenk, masih ada para aktivis di negeri ini yang mempertahankan idalismenya justru berada pada titik yang dilemahkan. “Itu nyata dalam kehidupan aktivis yang ada saat ini dan lakon Aktivizm mencoba menggambarkan itu,” tambah Totenk.
Berkisah tentang Sugi dan Mily sepasang suami istri yang memiliki sebuah warung kopi untuk tempat usahanya. Sugi mempertahankan idealismenya dengan terus berjualan meski terlilit hutang guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Mily semakin nelangsa meratapi nasibnya, sembari tetap menjalankan usaha warung kopi miliknya. “Lewat gagasan pementasan lakon ini kami ingin menegaskan bahwa aktivis adalah pergerakan pengabdian. Ini penting dipahami masyarakat,” tegas Totenk.
Lakon Aktivizm bakal dipentaskan di gedung Cak Durasim kompleks TBJ Jl. Gentengkali, Surabaya, pukul 19.30. Keinginan Sanggar Lidi membawa penontonnya ke dalam ‘dunia’ aktivis ditampilkan dengan pameran lukisan yang digarap anggota sanggar.
Sementara itu, ditambahkan Satrio Nugroho sebagai pimpinan produksi Sanggar Lidi, bahwa proses kreatif untuk produksi pementasan ini sudah berlangsung sejak tahun 2017 lalu.
“Semoga dari proses ruang kreasi ini yang didalamnya diwarnai proses keyakinan para pemainnya akan menjadi ruang penyadaran bagi seluruh individu didalam sanggar maupun masyarakat yang menyaksikan lakon Aktivizm. Sekaligus ini Dharma Seni Untuk Negeri III,” pungkas Satrio Nugroho.(tok/rst)