Gandeng 11 komunitas kreatif di Kota Surabaya, 105 mahasiswa semester 6 Program Studi Desain Interior Universitas Kristen Petra (UK Petra) rancang interior bertajuk: Design for Creative Communities of Surabaya, dipamerkan mulai Senin (25/6/2018).
Evaluasi tugas rancang interior ini langsung dilakukan para dosen, tutor didampingi para mahasiswa sendiri dilokasi pameran di selasar Gedung P lantai 1, kampus Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya.
Sebagai bahan evaluasi diantaranya soal capaian studi konsep, transformasi desain, krativitas, inovasi, originalitas dan kualitas produk akhir. Untuk pameran sendiri dijadwalkan digelar selama 3 hari, dan akan berakhir pada Kamis (28/6/2018).
Sedangkan ke 11 komunitas kreatif yang digandeng para mahasiswa adalah: Komunitas Love Suroboyo, My Sisters Fingers, Komunitas Tiada Ruang, Persatuan Layang-layang Surabaya, Paguyuban Pataka Surabaya, Surabaya Kustom Kulture, Surabaya Sehat, Surabaya Diecast Club, Komunitas Cinta Berkain Indonesia, Cosplay Surabaya (Cosura) dan De Mardijkers.
“Para mahasiswa terbagi dalam 11 kelompok dengan 9 hingga 10 orang tiap kelompoknya. Dengan konsep pembelajaran service learning maka para mahasiswa diharapkan mampu merancang ruang yang berdampak sosial bagi masyarakat,” terang Diana Thamrin, S.Sn., M.Arch., Kepala Studio Mata Kuliah Desain Interior & Styling 4.
Pada pameran yang ditampilkan dihadirkan beragam obyek, diantara 105 maket perancangan interior dengan skala 1:50, ada juga 105 poster hasil perancangan interior.
Juga ditampilkan 4 buah booth komunitas diantaranya: Cosura, Paguyuban Pataka, Komunitas Cinta Berkain Indonesia dan Surabaya Diecast Club, dengan penampilan skala 1:1.
Dan sekurangnya 11 poster yang menampilkan hasil tugas perancangan booth komunitas juga dipamerkan. Seluruh karya yang ditampilkan pada pameran kali ini merupakan bagian dari mata kuliah wajib Desain Interior & Styling 4 (DIS 4).
“Mengapa menggunakan obyek komunitas? Hal ini untuk mendukung komunitas kreatif yang mana berpotensi meningkatkan nilai budaya dan wisata Surabaya,” tambah Diana.
Sebelum pameran digelar, para mahasiswa wajib mengikuti 3 tahapan proses pembelajaran yaitu: pemetaan masalah komunitas, perancangan ruang edukatif bagi komunitas (tugas individu) dan perancangan sebuah booth secara riil (tugas kelompok).
“Tugas ini menyadarkan saya atas nilai-nilai sejarah dan budaya Kota Surabaya yang mulai pudar. Tidak hanya membuat ruang yang cantik saja akan tetapi membuat karya mendukung upaya komunitas dalam memajukan kota Surabaya dengan menyadarkan potensi kota Pahlawan ini,” pungkas Favian Grady satu di antara mahasiswi peserta pameran.(tok/ipg)