Universitas Surabaya (Ubaya) bekerjasama dengan Museum Gubug Wayang Yensen Project Indonesia meresmikan Museum Temporary of Ubaya.
Konsep museum ini mengusung The Spirit of Majapahit. Ada 774 koleksi terakota dari masa Kerajaan Majapahit ditampilkan. Tepatnya di abad ke 14 dan 15, terakota yang ditampilkan berusia 500-700 tahun.
Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan yang menyatukan Nusantara. Pada peninggalan yang tersisa ditemukan berbagai macam perbedaan, seperti masyarakat beragama Islam, Hindu, Budha, tetapi dapat hidup rukun hingga bisa menguasai wilayah Asia Tenggara. Semangat inilah yang ingin diangkat dalam tema The Spirit of Majapahit.
“Selaras dengan Ubaya yang mendukung mengenai multikultur, kami ingin mengajak mahasiswa mempunyai spirit kesatuan dan persatuan yang tinggi sehingga bisa bersinergi untuk berinovasi dan berkreasi untuk kedepannya,” terang Cyntia Handy, mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya yang juga Direktur Museum Gubug Wayang Yensen Project Indonesia.
Secara keseluruhan terdapat 774 terakota yang ada di Museum Temporary of Ubaya. Sebanyak 767 terakota asli berasal dari jaman Kerajaan Majapahit, sedangkan sekitar 7 terakota merupakan hasil replika.
Meski demikian, replika yang ada dibuat sama persis dengan terakota yang asli oleh para pengrajin batu bata, atau yang disebut dengan Linggan yang berasal dari Trowulan, yang diprediksi merupakan pusat Kerajaan Majapahit pada jaman dahulu.
Lingganpun didatangkan dari Mojokerto saat peresmian. Para Linggan tidak hanya berperan sebagai pengrajin, tetapi kebanyakan dari mereka yang menemukan peninggalan tersebut.
Dahulu saat mencari tanah, para Linggan bekerja secara tradisional dengan menggali. Ketika proses itu, mereka menemukan artefak-artefak dan memutuskan untuk menyimpannya. Hingga sekarang, terakota yang ada merupakan hasil simpanan dari para Linggan selama 4 generasi.
Berbagai bentuk terakota yang ditampilkan adalah Kendi Air, Celengan Babi, Koin-koin, Pondasi Sumur, Tungku, Gerabah, Candi, dan beberapa Hiasan Rumah.
Saat peresmian Museum Temporary of Ubaya dimeriahkan dengan tari Sekar Jagat yang dipersembahkan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tari Ubaya. Tarian yang berasal dari Bali ini dipilih karena dulunya Kerajaan Bali memiliki sejarah yang erat dengan Kerajaan Majapahit.
Sementara itu disampaikan Aluisius Hery Pratono, S.E., M.D.M., Ph.D., dosen dan Ketua Departemen Mata Kuliah Umum (MKU) Ubaya, keberadaan museum temporary of Ubaya ini dapat digunakan sebagai sarana belajar bersama tentang sejarah bangsa.
“Harapan kami, museum ini akan menjadi seperti media bagi kita untuk refleksi, bagaimana sejatinya keadaan yang terjadi saat masa lalu. Melalui ini kami bisa belajar bersama dan kemudian melestarikan sejarah yang ada. Kita bisa jadi seperti ini, ceritanya jaman dahulu seperti apa. Ubaya sebagai bagian dari bangsa Indonesia sama-sama mencari jati diri,” pungkas Aluisius Hery Pratono.(tok/dwi)