Pada Oktober 2017, Pusat Gempa Nasional telah menyebutkan bahwa banyak kota di Indonesia dilewati patahan atau sesar aktif yang berpotensi gempa. Di antaranya Lombok, NTB dan Kota Surabaya.
Lombok berada di utara zona sesar aktif yang dikenal dengan Sesar Naik Flores. Sedangkan, Sesar Kendeng membelah Kota Surabaya menjadi dua sesar, Sesar Surabaya dan Sesar Waru, yang berpotensi menimbulkan gempa 6.5 SR dan bergerak 0.05 mm per tahun.
Berangkat dari hasil penelitian di atas, Ir. Amien Widodo, Msi. pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengusulkan agar Pemerintah Kota Surabaya melakukan asesmen atau penilaian terhadap ancaman gempa, kerentanan bangunan, kerentanan tanah, dan kapasitas kesiapsiagaan masyarakat.
“Para ahli di Pusat Gempa Nasional sudah memberi informasi keberadaan sesar aktif yang lewat Kota Surabaya dan semua terserah Pemerintah Kota untuk menyikapi secara bijak,” kata Amien seperti dalam unggahan Facebooknya ke e100.
Berdasarkan data tersebut, menurut Amien, Pemerintah Kota Surabaya bisa membuat zonasi kawasan yang berisiko tinggi sampai yang berisiko rendah.
“Dari masing masing kawasan berisiko tersebut dibuat arahan mitigasi struktural dan arahan mitigasi non struktural dengan edukasi masyarakat dalam menghadapi gempa,” ujarnya.
Terkait gempa bumi yang mungkin terjadi di Kota Surabaya, kata Amien, adalah gempa dangkal. Gempa ini hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Karena dekat dengan permukaan tanah, potensi kerusakannya semakin besar. Bangunan yang konstruksinya kurang baik bisa seketika roboh.(iss/ipg)