Sebagian besar Wilayah Indonesia memang berpotensi mengalami gempa bumi dan fenomena alam lain yang bisa mengakibatkan kerusakan serta mengancam keselamatan.
Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, pengetahuan Masyarakat Indonesia soal bencana alam meningkat sesudah tsunami di Aceh, 2004 silam.
Tapi, Sutopo menyayangkan pengetahuan itu belum menjadi sikap dan perilaku sehari-hari masyarakat. Di mana, masih banyak masyarakat yang mengabaikan potensi bencana.
Dia mengambil contoh, waktu terjadi gempa bumi dan berpotensi tsunami di Sulawesi Tengah, masih banyak masyarakat yang beraktivitas di dekat pantai.
Padahal, seharusnya mereka segera menjauh dari pantai, mencari tempat yang tinggi untuk menghindari hantaman ombak tsunami.
“Perilaku sehari-hari masyarakat belum mengaitkan dengan potensi bencana yang ada. Bisa jadi itu karena ketidaktahuan, kemudian tidak adanya peringatan walau masyarakat yang ada di tempat tinggi sudah berteriak supaya mereka yang di dekat pantai segera ke tempat tinggi,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (20/10/2018).
Seperti diketahui, bencana teranyar yang terjadi di Indonesia adalah gempa Bumi 7,4 skala richter serta tsunami yang terjadi Kota Palu, Kabupaten Donggala dan sejumlah wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018).
Bencana alam itu menyebabkan lebih dari dua ribu orang meninggal dunia, 10 ribuan orang menderita luka-luka, dan sekitar 600 orang dilaporkan hilang.
Sebagian besar korban jiwa itu, menurut Sutopo, akibat tertimpa bangunan dan tersapu ombak tsunami dengan ketinggian mulai 2,5 meter sampai 11 meter.
Lalu, sekitar 67 ribu unit rumah yang ada di Kota Palu, Sigi dan Donggala mengalami kerusakan. Imbasnya, sekitar 82 ribu orang terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat.(rid/tin/ipg)