Sabtu, 23 November 2024

BMKG Menduga Tsunami Selat Sunda Akibat Aktivitas Gunung Anak Krakatau

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Tangkapan layar dari video erupsi Gunung Anak Krakatau yang diunggah Sutopo Purwonugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam akun media sosial Twitter, pada Sabtu malam. Foto: Twitter

Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan, Sabtu (22/12/2018) malam, terjadi tsunami di Selat Sunda yang menghantam sejumlah daerah Banten dan Lampung.

Rachmat Triyono Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG mengatakan, bencana alam itu disebabkan dua faktor.

Pertama, gelombang pasang dengan ketinggian sekitar 1,5-2,5 meter yang diperkirakan terjadi akibat gaya gravitasi bulan, tanggal 22-25 Desember 2018 di sejumlah perairan Indonesia, termasuk Selat Sunda.

Faktor kedua yang diduga membuat gelombang air laut bertambah tinggi hingga menerjang daratan, adalah erupsi Gunung Anak Krakatau.

BMKG mengaku awalnya sempat ragu mengumumkan terjadinya tsunami karena alat pendeteksi tsunami yang dipicu gempa bumi (tektonik), tidak menunjukkan ada gempa tektonik.

Tapi, sesudah melihat data erupsi Gunung Anak Krakatau, BMKG baru yakin kalau terjadi tsunami.

“Awalnya memang kami sempat ragu karena air yang naik ke daratan itu bukan akibat gempa bumi, tapi faktor lain yang kami duga aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau,” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar Minggu (23/12/2018), di Kantor BMKG, Jakarta.

Rahmat juga menyebut, BMKG tidak punya alat pendeteksi tsunami yang disebabkan aktivitas vulkanik.

Sementara itu, Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan, dampak tsunami yang menerjang pantai di Selat Sunda, khususnya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan dan Serang terus bertambah.

Sampai pukul 07.00 WIB pagi ini, data sementara jumlah korban dari bencana tsunami di Selat Sunda tercatat 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan 2 orang hilang.

Pada saat kejadian, menurut Sutopo banyak wisatawan berkunjung di pantai sepanjang Pandeglang karena bertepatan dengan liburan akhir tahun.

Daerah yang terdampak parah adalah permukiman dan kawasan wisata di sepanjang pantai seperti Pantai Tanjung Lesung, Sumur, Teluk Lada, Penimbang dan Carita.

Sementara, kerugian fisik meliputi 430 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak.

Sekarang, proses pendataan dan penanganan darurat masih dilakukan. Sutopo mengatakan, kemungkinan data korban dan kerusakan akan bertambah.

Status tanggap darurat dan struktur organisasi tanggap darurat, pendirian posko, dapur umum dan lainnya masih dipersiapkan. Alat berat juga dikerahkan untuk membantu evakuasi dan perbaikan darurat. (rid/iss)

Berita Terkait

Sabtu, 23 November 2024
Kurs