Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap ancaman gelombang tinggi di sejumlah perairan wilayah Indonesia.
“Sejumlah perairan masih berpotensi gelombang tinggi mencapai 4 – 6 meter,” kata Dwikorita dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Gelombang dengan ketinggian 4-6 meter atau sangat berbahaya yang berpeluang terjadi di perairan Utara Sabang, perairan Barat Aceh, perairan Barat Simuelue hingga Mentawai, perairan Selatan Jawa Timur hingga Sumba dan perairan Selatan Pulau Sumba.
Sementara tinggi gelombang 2,5 – 4 meter atau berbahaya berpeluang terjadi di perairan Bengkulu, perairan Enggano, perairan Barat Lampung, Selat Sunda bagian Selatan, perairan Selatan Banten hingga Jawa Tengah, Laut Sawu dan perairan Pulau Sawu – Pulau Rote, tambah Dwikorita.
Seperti diketahui, dampak gelombang tinggi melanda perairan Indonesia kembali menelan korban pada Minggu (29/7/2018) dengan terjadinya kecelakaan tenggelamnya kapal kayu Berkat Ilahi di Perairan Sape, sekitar pukul 08.00 Wita.
Berdasarkan hasil analisis pola angin antara pukul 08.00- 11.00 Wita dari arah Tenggara dengan kecepatan angin berkisar antara 18-27 KM/jam (kategori resiko sedang).
Selain itu, jika dilihat dari hasil analisis pemodelan gelombang, tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut berkisar antara 3.0 – 4.0 meter (kategori tinggi-sangat tinggi).
“Karenanya kami meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap gelombang tinggi, menunda penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang mereda dan kapal-kapal, terutama perahu nelayan dan kapal-kapal kecil agar tidak memaksakan diri melaut,” tandas Dwikorita seperti dilansir Antara.
Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan hasil analisis BMKG bahwa adanya fenomena Mascarene High yang cukup persisten di Samudera Hindia bagian Selatan (Barat Daya Australia) yang diduga mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di wilayah Samudra Hindia, khususnya Selatan Jawa hingga Selatan NTT.
Tinggi gelombang di wilayah tersebut didominasi oleh gelombang panjang (swell) yang dipropagasi oleh fenomena tersebut, sedangkan meningkatnya ketinggian gelombang di Laut Banda dan Laut Arafuru diakibatkan adanya peningkatan kecepatan angin timuran hingga 36 KM/jam.
Masyarakat diimbau untuk memperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran adalah untuk perahu nelayan waspadai angin dengan kecepatan di atas 15 knot dan ketinggian gelombang di atas 1.25 m.
Untuk Kapal tongkang waspadai angin dengan kecepatan lebih dari 16 knot dan ketinggian gelombang lebih dari 1.5 m, kapal Ferry waspadai kecepatan angin lebih dari 21 knot dan ketinggian gelombang lebih dari 2.5 m.
Sedangkan kapal ukuran besar seperti kapal kargo atau kapal pesiar waspadai kecepatan angin lebih dari 27 knot serta ketinggian gelombang lebih dari 4.0 meter.(ant/iss/ipg)