Minggu, 24 November 2024

Awasi Obat dan Makanan, BPOM Gandeng ITS

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Dr Ir Penny Kusumastuti Kepala BPOM terima cinderamata dari Prof Joni Hermana Rektor ITS. Foto: Humas ITS Surabaya

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjalin kerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, dalam rangka meningkatkan pengawasan terhadap peredaran obat dan makanan di Indonesia.

Kerjasama ini diresmikan melalui penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) oleh Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD., Rektor ITS, dengan Ir Penny Kusumastuti Lukito MCP Kepala BPOM RI di Rektorat ITS, Jumat (19/1/2018).

Menurut Penny, kerjasama ini dilakukan untuk memperkuat penanganan permasalahan dan tantangan yang dihadapi BPOM dalam pengawasan mutu obat dan pangan masyarakat Indonesia.

“BPOM terus menjalin kemitraan dengan berbagai instansi masyarakat, salah satunya adalah perguruan tinggi yang menjadi pusat pengetahuan dan pengembangan teknologi,” terang Penny.

Dalam kerja sama yang dilakukan dengan ITS ini, nantinya riset-riset yang dikembangkan oleh ITS digunakan untuk membantu BPOM dalam melaksanakan kinerjanya.

Satu diantaranya di ITS terdapat Pusat Kajian Halal yang menjadi daya tarik BPOM. Saat ini ITS juga sedang mengembangkan kapal yang siap membantu BPOM dalam menjalankan tugasnya di seluruh wilayah Indonesia.

“Kapal yang dikembangkan oleh ITS ini nantinya digunakan membantu dalam mengawasi pengiriman obat dan makanan di daerah perbatasan BPOM, untuk mengantisipasi adanya barang yang illegal atau tidak ada jaminan keamanannya bagi masyarakat,” jelas Penny.

Menanggapi hal tersebut, Prof Joni menyambut baik ajakan kerjasama ini. Apalagi hal ini juga sangat erat kaitannya dengan adanya Pusat Kajian Halal di ITS.

Joni juga sempat memaparkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan penduduk yang sebagian besar beragama Islam, status kehalalan makanan masih belum jelas. Hal ini berbeda jauh jika dibandingkan dengan negara yang justru mayoritas penduduknya non muslim seperti Australia dan Singapura.

“Selain itu, jika dibandingkan dengan Turki, harga obat di Indonesia ini bisa tiga kali lipat lebih mahal dikarenakan terlalu banyak agen yang dilewati sebelum jatuh ke tangan konsumen terakhir,” kata Joni.

Selain dengan ITS, pada kesempatan tersebut, juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara BPOM dengan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya oleh Drs Kuncoro Foe G Dip Sc PhD selaku rektor.

Nota kesepahaman dengan kedua institusi pendidikan tersebut diharapkan juga menjadi langkah konkret yang baik untuk BPOM pusat maupun daerah Surabaya ke depannya.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs