Sabtu, 23 November 2024

23 Tahun Jadi TKW, Maisaroh Bangga Dua Anaknya Bisa Jadi Dokter

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Erma (kiri) bersama Maisaroh TKW asal Kediri. Foto: Istimewa

Berita tenaga kerja luar negeri, baik TKI maupun TKW yang sering muncul di media adalah tenaga kerja yang mencuri uang majikan, menjadi korban perkosaan, hingga terjerat pembunuhan. Pemberitaan tersebut lah yang selama ini membangun image atau kesan di masyarakat mengenai nasib tenaga kerja kita di luar negeri.

Nyatanya, hanya sebagian kecil dari jumlah TKI di Arab Saudi yang kurang beruntung dan bernasib malang.

Erma Rahmawati, salah satu jamaah haji kloter 79 embarkasi Surabaya, mengirim catatannya tentang TKW asal Indonesia, yang sempat ia temui di Tanah Suci.

“Saya kaget kalau anak TKW ada yang menjadi insinyur, dokter, sarjana ekonomi, dan tentara,” tutur Erma kepada suarasurabaya.net secara tertulis yang dikirim dari Madinah, Senin (17/9/2018).

Selesai melaksanakan tawaf, Erma bertemu dengan Maisaroh, TKW asal Kandat, Kediri Jatim. Ia mengaku sudah 23 tahun bekerja di Riyad Arab Saudi dan sampai sekarang belum pernah pulang ke kampung halamannya.

Maisaroh bersama sekitar 250 TKW asal Indonesia sedang menunaikan ibadah haji secara gratis. Biaya perjalanan pemondokan dan biaya hidup selama menunaikan ibadah haji, seluruhnya ditanggung oleh majikannya.

Karena ini musim haji, saat yang menyenangkan bagi tenaga kerja luar negeri karena dapat bertemu teman seprofesi dan jamaah haji Indonesia. Meskipun tidak saling mengenal, karena berasal dari tanah dan negara yang sama, terasa menjadi seperti bersaudara.

“TKW asal Kediri itu sudah tiga kali mendapat ‘bonus’ haji gratis dari majikannya. Ia menggambarkan majikannya orang baik dan sudaranya ada yang tinggal di Indonesia,” ungkap Erma.

Meskipun statusnya sebagai pembantu rumah tangga, Maisaroh diperlakukan seperti keluarga sendiri. Ia bahkan selalu diajak salat berjamaah dan diperintahkan berhenti bekerja ketika mendengar suara azan. Perlakuan yang cukup baik dari majikannya tersebut, membuat Maisaroh betah, tidak ingin pulang ke Indonesia.

Maisaroh mengakui tidak semua TKW yang bernasib baik seperti dirinya. Cerita buruk tentang TKW diakui memang ada. Namun jumlahnya sangat kecil.

Seperti ada sesuatu yang membuatnya trauma, Maisaroh kabur ke Arab Saudi. Ia menjadi TKW karena sakit hati dengan suaminya dan ingin melupakan kampung halamannya. Selain itu, ia juga ingin membiayai anak-anaknya sampai menjadi sarjana.

Angan-angan Maisaroh ini bukan hanya mimpi. Dua dari tiga anaknya kini menjadi dokter, dan seorang lagi tengah menjalani semester akhir sebagai mahasiswa fakultas ekonomi di sebuah perguruan tinggi di Surabaya. Ketiga anaknya akan datang ke Arab tiap kali nerindukan sang ibu. Meskipun majikannya menginzinkan pulang setiap saat, Iro, sapaan akrabnya, mengaku tetap tidak mau. Ia lebih senang melihat anaknya datang berkunjung ke negara tempat ia bekerja, lalu mengajak umroh bersama.

“Dua anaknya yang menjadi dokter, sudah menikah dan bekerja di rumah sakit terpisah yang tidak disebutkan namanya. Alasannya takut anaknya malu kalau ketahuan anaknya pembantu,” pungkas Erma dalam catatannya.

Saat ini Erma sedang menyelesaikan salat arbain (salat wajib 40 waktu tanpa putus) di Masjid Nabawi, Madinah. Erma beserta rombongan kloter 79 akan tiba di Bandara Juanda Sidoarjo 23 September 2018 mendatang.

Sementara pusat data BNP2TKI mencatat, jumlah TKI di Timur Tengah terus menurun dan berjumlah kurang dari 750 ribu orang. Ada lima daerah sumber TKI terbesar, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Utara. Berdasarkan kabupaten/kota, yang tertinggi adalah Kabupaten Lombok Timur, Indramayu, Lombok Tengah, Cirebon, dan Cilacap.

BNP2TKI juga mencatat negara-negara yang menjadi tempat persebaran tenaga kerja luar negeri. Dari 26 negara, tercatat 10 negara terbesar, yaitu Malaysia, Taiwan, Hongkong, Arab Saudi, Brunei Darussalam, Korea Selatan. Uni Emirat Arab, Oman, dan Qatar.(jos/tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs