Muhammad Syarif Bando Kepala Perpustakaan RI berupaya mengubah paradigma masyarakat tentang perpustakaan.
“Dari deretan buku berdebu menjadi institusi yang menjawab kebutuhan manusia untuk mendapat pengetahuan baru, keterampilan baru, melalui buku-buku baru,” ujarnya di Safari Gerakan Nasional Membaca, di Gedung Pemkot Surabaya, Senin (5/6/2017).
Syarif mengatakan, program utama Perpustakaan Nasional saat ini, yang pertama akan dilakukan, adalah mem-ull-text-kan semua buku yang telah dibeli copyright-nya.
“Sehingga buku-buku yang mendatangi masyarakat. Di rumah-rumah, di tempat berkumpulnya mahasiswa, dan seterusnya,” kata dia.
Selain itu, Perpustakaan Nasional kini tidak hanya fokus mengoptimalkan lembaga perpustakaan seperti dinas di Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, dan Desa.
“Kami ingin memastikan, berdirinya kampung-kampung literasi hingga ke tingkat RT dan RW,” ujarnya.
Dengan demikian, dapat dipastikan, sarana dan prasarana perbukuan bisa menyebar di masyarakat.
Dia juga memprogramkan stimulan bagi masyarakat. Caranya, dengan mendorong 132 juta masyarakat yang belum terkoneksi internet agar terkoneksi dengan internet.
“Dengan begitu, mereka bisa mengakses ribuan buku yang ada di dalam laman website perpustakaan dan bisa mengakses semua buku-buku terbaru kami,” katanya.
Program Literasi di Surabaya menurut Syarif, sudah cukup baik. Dukungan sumber dana dan sumber daya di Surabaya sangat mumpuni.
“Seperti kita ketahui, wali kota Surabaya sudah menggerakkan 450 pustakawan untuk disebar di taman baca dan perpustakaan demi mewujudkan kampung atau kota literasi,” kata Syarif.
Program di Surabaya, kata Syarif, sudah memasuki tahap nyata. Sejak dini anak dikenalkan dengan budaya membaca sehingga kemampuan anak dalam memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif akan terasah.
“Sejumlah sekolah SD dan SMP sudah ada yang menghasilkan karya buku. Saya kira itu luar biasa dan bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia,” ujarnya.(den/ipg)