Sabtu, 23 November 2024

UNESCO Akui Perahu Pinisi Warisan Budaya Indonesia

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Ilustrasi. Perahu Pinisi.

Sidang ke-12 Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Jeju Island, Korea Selatan, Minggu (20/12/2017) menetapkan Seni Pembuatan Perahu di Sulawesi Selatan (PINISI: Art of Boatbuilding in South Sulawesi) ke dalam UNESCO Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Penetapan Pinisi: Art of boatbuilding in South Sulawesi, ke dalam Warisan Budaya Takbenda UNESCO ini merupakan bentuk pengakuan dunia internasional terhadap arti penting pengetahuan akan teknik perkapalan tradisional yang dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia yang diturunkan dari generasi ke generasi dan yang masih berkembang sampai hari ini.

Hal tersebut disampaikan Hilmar Garid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terkait penetapan Pinisi sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.

Hilmar mengungkapkan rasa bangga dengan pengakuan dunia terhadap warisan budaya Indonesia.

“Sebagai bangsa Indonesia tentunya rasa syukur dan bangga dengan ditetapkannya Seni pembuatan perahu Pinisi dalam representative list UNESCO. Mewakili pemerintah mengucapkan rasa terima kasih kepada masyarakat atas kepeduliannya sehingga karya budaya ini ditetapkan”, kata Hilmar.

Penetapan tersebut dapat menjadi pemicu agar generasi muda dapat bangga untuk tetap menjaga nilai tradisi Kebudayaan yang dimiliki.

Dunia saja mengakui, tentunya bangsa Indonesia harus lebih mengakui. Dan kita berharap para generasi muda menjadi lebih bangga dan menggali nilai tradisi budaya untuk lebih dikembangkan.

Dengan penetapan Pinisi ini, maka Indonesia telah memiliki 8 elemen budaya dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Tujuh elemen yang telah terdaftar sebelumnya adalah Wayang (2008), Keris (2008), Batik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), dan Noken Papua (2012), dan Tiga Genre Tari Tradisional Bali (2015). Serta satu program Pendidikan dan Pelatihan tentang Batik di Museum Batik Pekalongan (2009).

Sekretariat ICH UNESCO melihat perlunya Indonesia membuat program untuk tetap menjaga ketersediaan bahan baku bagi keberlanjutan teknologi tradisional ini yang diwujudkan dalam bentuk perahu yang berbahan baku utama kayu.

Selain itu sidang juga menilai perlunya program-program baik melalui pendidikan formal, informal maupun nonformal terkait dengan transmisi nilai tentang teknik dan seni pembuatan perahu tradisional ini kepada generasi muda.

Hotmangaradja Pandjaitan, Duta Besar LBPP Prancis, Monaco dan Adora/Wakil Tetap RI di UNESCO mengatakan bahwa komunitas dan masyarakat menjadi bagian penting dalam pengusulan Pinisi ke dalam daftar ICH UNESCO.

Hal ini menjadi momentum yang dapat dimanfaatkan secara bersama-sama oleh pemerintah pusat dan daerah serta komunitas untuk memberikan perhatian lebih dalam pengelolaan Warisan Budaya Tak Benda yang ada di wilayahnya masing-masing.(jos/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs