Pemerintah Kota Surabaya menganggap tuna wisma dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sebagai berkah.
Muhammad Fikser Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkot Surabaya mengatakan, Pemkot tidak bisa membiarkan mereka makan dan tidur di pinggir jalan.
“Bu Wali (Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya, red) selalu menyampaikan ini berkah bagi Surabaya. Bu Risma bilang, kita harus tangani mereka. Soal anggaran itu bisa diatur. Makanya di Dinsos ada penghitungannya, asal tidak menyalahi aturan. Kemanusiaan yang harus didahulukan,” katanya kepada Radio Suara Surabaya, Rabu (1/3/2017).
Hingga saat ini, jumlah orang yang dirawat di Liponsos 1.513 orang. Menurut Fikser, pegawai Liponsos memperlakukan mereka dengan baik, di antaranya memberi makanan dan pakaian.
Di Liponsos, kalau ada yang sudah sehat akan dipisahkan dengan mereka yang belum waras karena nanti perlakuannya berbeda. mereka yang sudah sehat akan diajak untuk membuat kerajinan keset. Hasilnya bisa dijual dan untuk pemasukan mereka.
“Kalau masih belum waras, memang kita belum bisa gali data, mereka dari mana. Kalau sudah sehat, petugas di Liponsos akan menanyai mereka rumahnya di mana, kita kroscek ke daerah asal, apa benar orang ini warga sana. Kalau sudah fix, baru kita antar ke sana,” ujarnya.
Terkait alokasi anggaran, kata Fikser, yang paling mahal adalah obat. “Sudah disiapkan oleh Dinas Kesehatan. Ada juga yang kita dapat dari RSJ Menur,” kata dia.(iss/ipg)