Keterbatasan fungsi tongkat yang biasa dipakai para tunanetra, memicu niat Mohamad Nur Bimantoro, mahasiswa Jurusan Sistem Teknologi Komputer Stikom Surabaya, membuat “Tongkat Pintar Berbasis Mikrokontroler”.
Tongkat Pintar Berbasis Mikrokontroler menggunakan 2 Sensor ultrasonik. Fungsi sensor bagian atas diharapkan dapat mendeteksi benda seperti tembok rumah, pintu, pagar, tiang atau benda lainnya, sehingga mempermudah penggunanya.
Sedangkan fungsi sensor bagian bawah diharapkan mampu melakukan deteksi pada permukaan yang tidak rata. “Misalnya, jalan berlubang, atau permukaan jalan yang tidak rata lainnya disekitar penggunanya,” kata Mohammad Nur Bimantoro, Kamis (2/3/2017).
Tongkat ini, kata dia, juga dilengkapi alarm sebagai tanda peringatan untuk penggunanya sehingga dapat menghindari benda-benda yang dapat mengganggu dirinya saat berjalan. Dia berharap, dengan menggunakan alat ini, ruang gerak tunanetra lebih luas dan semakin mudah beraktivitas.
“Dua sensor pada tongkat ini, adalah 2 Sensor ultrasonik yang bisa digunakan untuk mengukur jarak antara tongkat dengan benda padat yang ada di depannya. Sensor itu akan mengeluarkan bunyi atau suara yang memantulkan dan mempresentasikan jarak,” kata Bimantoro.
Sistem yang dilengkapi sensor ultrasonik yang mengeluarkan suara ini memungkinakn suara itu terpantul jika mengenai benda padat dan diterima oleh receiver (penerima). Sinyal ultrasonik lantas masuk ke sistem ATMEGA32 lantas diolah menjadi jarak bersatuan sentimeter.
Setelah jarak dalam satuan sentimeter didapat, penentuan jarak dapat memberikan informasi berupa suara melalui buzzer kepada pemakai tongkat pintar itu.
Saat ini, Mohammad Nur Bimantoro masih akan menuntaskan karyanya, dibimbing dua orang dosen. Di antaranya Susijanto Tri Rasmana (Dosen Pembimbing), bersama Pauladie Susanto (Dosen Pembimbing).(tok/den)