Teater di Surabaya Hidup Segan Mati Tak Mau

Kehidupan teater di Kota Surabaya saat ini seakan tak menentu. Tidak lagi terdengar geliatnya, kata Harwi Mardianto pengajar seni SMKN 12 Surabaya.

“Hidup segan mati tak mau. Itu perumpamaan yang menurut saya sangat menggambarkan kondisi kekinian teater di kota ini. Dengan berbagai persoalan yang muncul, teater di Surabaya tak lagi aktif seperti di masa-masa lalu,” ujar Harwi .

Menurut Harwi, teater di Kota Surabaya kini tak lagi terdengar geliat dan keseruannya. Jarang bahkan nyaris tidak terdengar lagi pementasan-pementasan teater digelar di Kota Surabaya.

Padahal, Kota Surabaya sejatinya punya banyak kelompok-kelompok teater. Di lingkungan kampus atau bahkan di sanggar-sanggar juga muncul kelompok-kelompok teater.

Pun demikian beberapa agenda lomba dan festival teater juga dihelat. Tetapi kemudian seakan lenyap dan hilang dari percaturan seni di Kota Surabaya.

“Di masa lalu, teater di Surabaya semarak dengan berbagai pementasan. Termasuk lomba dan festival teater yang digelar pemerintah daerah, ataupun pementasan-pementasan di lingkungan kampus. Tapi sekarang hilang semuanya,” kata Harwi.

Pada perayaan Hari Teater Sedunia 27 Maret, di kompleks Taman Budaya Jawa Timur, Harwi bersama sejumlah kelompok teater pelajar dan mahasiswa mementaskan sejumlah lakon teater.

“Semoga ini langkah awal bagi bangkitnya teater di Surabaya. Kami bersama pelajar, mahasiswa, dan kelompok teater dari Surabaya akan tampil dan berharap ini menjadi pemicu lahir dan bangkitnya kembali teater di Surabaya,” ujar Harwi yang juga pemain teater ini.

Pada Senin (27/3/2017) kelompok teater remaja Nine Star Vision, Teater Hadir, dijadwalkan tampil di halaman TBJ memperingati Hari Teater Sedunia 2017. Dan malam harinya akan tampil Wani Dharmawan Syndicate dari Yogjakarta.(tok/iss/ipg)